WNI di AS Diminta Waspada, KJRI Imbau Tak Terprovokasi Kisruh Pendukung Trump di Gedung Capitol

WNI juga diminta menghindari kerumunan massa dan tempat-tempat rawan yang berpotensi menjadi lokasi berlangsungnya aksi unjuk rasa dan demonstrasi.

Editor: Weni Wahyuny
AFP PHOTO/ROBERTO SCHMIDT
Massa pendukung Donald Trump menerobos masuk gedung Capitol, 6 Januari 2021. 

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) diminta waspada mencermati situasi politik di Amerika Serikat (AS) terkait proses sertifikasi electoral college vote dan mengedepankan kehati-hatian.

Hal tersebut disampaikan oleh Konsulat Jenderal Indonesia (RI) New York.

Imbauan itu disampaikan berkaitan dengan kisruh pendukung Presiden Trump yang terjadi di Gedung Capitol pada Rabu (6/1/2021).

“WNI diimbau untuk senantiasa mengikuti perkembangan situasi keamanan setempat dan mengedepankan sikap kehati-hatian dan kewaspadaan,” mengutip imbauan KJRI New York pada Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Demo di Capitol Rusuh, Donald Trump Disebut Mengerikan : Dia Harus Diberhentikan dan Disingkirkan

KJRI meminta WNI tidak terprovokasi dengan melakukan hal-hal yang berpotensi melanggar hukum dan membahayakan keselamatan diri.

WNI juga diminta menghindari kerumunan massa dan tempat-tempat rawan yang berpotensi menjadi lokasi berlangsungnya aksi unjuk rasa dan demonstrasi.\

Baca juga: Jasadnya Tergeletak Bersimbah Darah, Sosok Ashli Babbitt Tewas Ditembak Dalam Aksi Demo di Capitol

KJRI juga mengingatkan kasus covid-19 yang masih tinggi di AS, agar WNI tetap mematuhi protokol kesehatan untuk menghindari keterpaparan virus.

“KJRI New York kembali mengimbau warga Indonesia untuk terus memperhatikan disiplin protokol kesehatan,” tertulis dalam imbauan KJRI.

KJRI juga menyediakan nomor hotline yang tercantum pada laman sosial media Instagram KJRI, jika WNI memerlukan bantuan.

Trump Diminta Diberhentikan

Politisi Partai Republik dan pejabat Kabinet menginginkan Donald Trump dicopot sebelum jabatannya berakhir, pada 20 Januari.

Pernyataan itu merupakan buntut kerusuhan massa pro-Trump di Kantor Kongres AS atau Capitol pada Rabu (6/1/2021) yang berujung ricuh.

Sedikitnya empat orang menyerukan agar Amandemen ke-25 diberlakukan sedangkan dua orang lainnya meminta presiden diberhentikan.

"Dia harus diberhentikan dan disingkirkan," kata seorang pejabat terpilih dari Partai Republik, dikutip dari CNN.

Baca juga: TERBARU, 4 Pendukung Donald Trump Tewas Dalam Aksi Demo Ricuh Capitol, Tolak Kemenangan Biden

Massa pendukung Donald Trump menerobos masuk gedung Capitol, 6 Januari 2021.
Massa pendukung Donald Trump menerobos masuk gedung Capitol, 6 Januari 2021. (AFP PHOTO/ROBERTO SCHMIDT)

Mantan pejabat senior mengatakan tindakan Trump baru-baru ini cukup mengerikan, bisa menjadi alasan pencopotannya meski akhir jabatan sebentar lagi.

"Saya pikir ini sangat mengejutkan sistem," kata mantan pejabat itu.

"Bagaimana Anda menahannya selama dua minggu setelah ini?"

Dengan mamakzulkan Trump, Senat bisa memberikan suara untuk mendiskualifikasi Trump agar tidak bisa memegang jabatan federal lagi.

Di sisi lain, jika menerapkan Amandemen ke-25, Wapres Mike Pence dan mayoritas Kabinet harus sepakat mencopot Ttump karena dianggap tidak mampu menjalankan kekuasaan dan tugas.

Baca juga: AS Memanas, Seorang Wanita Dikabarkan Tewas Dalam Aksi Demo Gedung Capitol, Reaksi Donald Trump

Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden.
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden. ((AFP PHOTO/JOSEPH PREZIOSO))

Penggunaan Amandemen ke-25 ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Beberapa anggota Kabinet sedang mengadakan diskusi awal tentang penerapan Amandemen ke-25, kata sumber GOP kepada CNN.

Diskusi sedang berlangsung tetapi tidak jelas apakah akan ada cukup anggota Kabinet untuk menghasilkan pencopotan Trump.

Percakapan telah mencapai Capitol Hill di mana beberapa senator telah diberitahu tentang diskusi tersebut, kata sumber itu.

Beberapa menit setelah kerusuhan di Capitol pada Rabu sore, Partai Republik meninjau kembali gagasan untuk mengeluarkan Trump dari jabatannya.

Ini adalah pilihan yang sebelumnya, saat pemakzulan Trump tahun lalu, tidak menjadi pilihan Partai Republik sama sekali.

Kecaman untuk Trump Muncul dari Berbagai Sisi

Mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush tiba-tiba ikut angkat suara dalam insiden penyerangan Capitol.

Dia menyebut 'pemberontakan' di Capitol sebagai pemandangan yang memilukan.

Meskipun tidak menyebut nama Trump, Bush mengatakan dia "terkejut dengan perilaku sembrono dari beberapa pemimpin politik sejak pemilu dan oleh kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan hari ini untuk lembaga kami, tradisi kami, dan penegakan hukum kami."

Satu-satunya politisi Republik yang ingin Trump dihukum saat pemakzulan, Mitt Romney menyebut Presiden sebagai 'pria egois' yang sengaja memberikan informasi yang salah kepada para pendukungnya tentang pemilu.

Romney juga menyebut serangan di Capitol sebagai pemberontakan dan mengatakan Trump menggerakkan pendukung untuk bertindak.

"Tidak diragukan lagi bahwa Presiden membentuk massa. Presiden menghasut massa, Presiden berbicara kepada massa," kata Rep. Liz Cheney.

Anggota Partai Republik lainnya di Capitol Hill juga marah kepada Presiden.

"Presiden harus membatalkannya," kata Perwakilan Mike Gallagher dari Wisconsin.

"Hentikan! Sudah berakhir. Pemilu sudah berakhir."

Rep. Adam Kinzinger dari Illinois membahas cuitan Trump yang meminta massa di Capitol tetap beraksi damai.

"Itu pengecut," kata Kinzinger.

"Dia harus berdiri dan berkata, saya kalah dalam pemilihan, biarkan penghitungan dilanjutkan."

Tetapi karena Trump tampaknya tidak mungkin membuat konsesi tersebut, dua aktivis lama Partai Republik dan sekutu Gedung Putih mengatakan Presiden harus pergi.

"Pence harus melawan dia pada Amandemen ke-25," kata seorang.

4 Orang Tewas

 Empat orang dikabarkan tewas dalam kerusuhan massa pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu gedung Capitol, Washington, D.C.

Hal itu disampaikan Kepala Polisi Washington, D.C, Robert Contee, dalam konferensi pers Rabu (6/1/2021) malam waktu setempat seperti dilansir Reuters dan CNBC, Kamis (7/1/2021).

Empat orang yang meninggal termasuk seorang wanita yang tertembak, serta satu wanita lain dan dua pria yang meninggal karena "keadaan darurat medis."

Gas air mata dilepaskan ke kerumunan demonstran ketika bentrokan pecah dengan polisi di gedung Capitol .

Aksi unjuk rasa untuk mendesak DPR dan Senat membatalkan kemenangan Presiden terpilih AS Joe Biden.

Baca juga: Jasadnya Tergeletak Bersimbah Darah, Sosok Ashli Babbitt Tewas Ditembak Dalam Aksi Demo di Capitol

Baca juga: AS Memanas, Seorang Wanita Dikabarkan Tewas Dalam Aksi Demo Gedung Capitol, Reaksi Donald Trump

Massa pendukung Donald Trump menerobos masuk gedung Capitol, 6 Januari 2021.
Massa pendukung Donald Trump menerobos masuk gedung Capitol, 6 Januari 2021. (AFP PHOTO/ROBERTO SCHMIDT)

DPR dan senat sedang bersidang untuk memberikan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021.

Kepala kepolisian mengatakan divisi urusan internal sedang menyelidiki kasus penembakan itu.

Contee mengatakan mereka masih menentukan rincian pasti dari tiga kematian lainnya.

“Setidaknya empat belas polisi mengalami luka-luka dengan beberapa masih di dirawat di rumah sakit,” kata Contee.

“ Satu petugas mengalami luka serius karena ditarik ke kerumunan di mana ia diserang,” tambahnya.

"Ini adalah insiden tragis dan saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman korban," kata Contee.

Kerusuhan terjadi di Gedung Capitol, Washington DC, antara massa pendukung Presiden Donald Trump dengan aparat.

Awalnya diberitakan seorang wanita tewas tertembak di bagian dada di Rabu sore waktu setempat (6/1/2020), dalam upaya mereka menghalangi kemenangan Joe Biden.

Sumber dari penegak hukum mengungkapkan, wanita itu tewas beberapa jam kemudian.

Tak diketahui siapa yang menembaknya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampil di hadapan pendukungnya di Washington DC pada 6 Januari 2021
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampil di hadapan pendukungnya di Washington DC pada 6 Januari 2021 (AP PHOTO/Jacquelyn Martin)

Selain adanya korban tewas, banyak orang terluka termasuk dari sisi pihak berwenang, di mana massa pro-Trump berusaha menerobos masuk Gedung Capitol.

Garda Nasional diaktifkan untuk memadamkan kerusuhan, dengan polisi mengaku menemukan peledak di dekat gedung Kongres AS.

Polisi menyatakan mereka memberlakukan jam malam pukul 18.00 di seluruh DC, dengan kerusuhan merembet ke seantero AS.

Saat pengunjuk rasa berupaya menduduki gedung parlemen, Biden menyerukan kepada massa agar mundur dan menyatakan mereka sudah termakan hasutan.

Sejumlah pejabat seperti Wakil Presiden Mike Pence dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi langsung diungsikan begitu massa menembus Rotunda.

Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden.
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bentrok dengan pasukan keamanan saat mereka menerobos masuk Gedung Capitol, Washington DC, paa 6 Januari 2021. Bentrokan terjadi setelah massa berusaha menghentikan kemenangan Joe Biden. ((AFP PHOTO/JOSEPH PREZIOSO))

Sementara politisi yang berada di House Chamber (DPR AS) diminta memakai masker gas, karena aparat menembakkan gas air mata. (Reuters/CNBC/USA TODAY/AP/AFP/CNN)

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisruh Pendukung Trump di Gedung Capitol, WNI Diminta Waspada

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved