Berita Muara Enim
Ini Kisah Valintino, Cita-cita Menjadi Tentara tak Luntur Meski Keterbatasan Fisik Akibat Kecelakaan
Putra kesayangannya bertanya apakah ia masih bisa menggapai mimpinya sebagai tentara dengan kondisi fisik yang terbatas tersebut
TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM-Peristiwa kecelakaan sekitar tiga bulan lalu mengubah nasib Valintino Deta Pratama (7 tahun), warga Desa Tanjung Raja, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.
Cita-cita Valintino untuk menjadi tentara pupus sudah.
Bocah periang yang masih duduk di kelas 6 SD ini, tak bisa lagi pergi dan pulang sekolah sambil berlari seperti sebelumnya.
Ia sekarang memiliki keterbatasan fisik akibat kecelakaan itu.
Valintino adalah putra dari Tata Apriansyah yang sehari-hari bekerja sebagai cleaning service dan Desi Yanawati, seorang ibu rumah tangga biasa.
Dengan mata berkaca-kaca, Tata bercerita kecelakaan yang kini membuat kondisi fisik putra yang ia sayangi berbeda dengan kawan sebayanya.
Baca juga: Diminta Sebagai Penjamin 4 Mahasiswa yang Ditahan Polda Sumsel, Ini Sikap Gubernur Sumsel
Peristiwa kecelakaan tersebut terjadi begitu cepat ketika Valintino dan neneknya pulang dari kebun.
Valintino menjadi korban tabrakan sepeda motor yang saat itu melaju cepat.
Awalnya keluarga tidak menduga bahwa akibat kecelakaan tersebut akan berdampak besar pada fisik Valintino.
Putranya terbaring selama satu bulan penuh di Rumah Sakit Rabain Muara Enim, untuk menjalani operasi demi operasi demi menyelamatkan nyawanya.
Mulai dari operasi ginjal, kaki dan tangan, hingga pemasangan pen di tubuh Valintino semua ditempuh.
“Ia kini cuma punya satu ginjal, ada pen di sebelah kanan, kaki kanan dan kirinya sudah tidak bisa digerakkan lagi,” tambah Desi saat dijumpai di kediamannya dengan mata berkaca-kaca.
Dan yang membuatnya semakin terenyuh, lanjut Desi, ketika putra kesayangannya bertanya apakah ia masih bisa menggapai mimpinya sebagai tentara dengan kondisi fisik yang terbatas tersebut.
Sebagai seorang ibu, ia hanya bisa menjawab pertanyaan itu dengan menyemangati Valintino dan memintanya untuk tetap bersabar.
Baca juga: Melihat Cara SMK PP Negeri Sembawa Menanam Kacang Panjang Kanton Tavi Panah Merah
Dengan kondisi fisik Valintino yang terbatas tentu membutuhkan kursi roda untuk aktivitasnya sehari-hari.
Namun, dengan kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan untuk membeli kursi roda bukan perkara mudah karena cukup mahal, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kesulitan.
"Kursi roda menjadi permasalahan saat ini, dengan penghasilan seadanya, kami tidak mampu membeli kursi roda," tuturnya.
Karena memang dibutuhkan, sambung Desi, iapun meminjam kursi roda milik tetangga yang berkondisi fisik tak jauh beda.
Tetapi jika si tetangga sedang membutuhkan terpaksa mobilitas Valintino mengandalkan bantuan kerabat dan keluarga yang ada di sekitarnya.
Bahkan untuk sekadar pindah tempat duduk kesulitan.
Kadang-kadang kawan-kawannya berkunjung untuk membantu sekaligus menghiburnya sambil menghabiskan waktu sehari-hari dengan belajar secara daring dari rumah.
"Saya ucapkan ribuan terimakasih kepada PTBA dan Projo yang telah membantu kursi roda anak saya, mudah-mudahan bermanfaat," tutup Desi.
Kisah miris serupa tentang anak difabel yang tak memiliki kursi roda juga dialami oleh Virga Alfaro (2,5) warga Desa Muara Lawai, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim.
Anak yatim piatu yang kini hidup sebatang kara bersama neneknya, Rustiana Fahrizal.
Saat berusia 2,5 tahun, Virga ditinggalkan ayahnya yang kini tak jelas rimbanya. Masuk usia 4,5 tahun, ibu dari Virga meninggal dunia akibat penyakit lupus.
Rustiana dan Virga yang kini tinggal di Desa Muara Lawai, Muara Enim, hidup serba kekurangan.
Apalagi dengan profesi Rustiana yang hanya buruh tani dan semakin renta usianya.
Menurut Rustiana, Cucu kesayangannya tak bisa berjalan karena lumpuh kedua kaki dan tidak bisa bicara, mendengar serta penglihatannya terganggu.
Kondisi ini ia alami karena dampak penyakit lupus ibunya.
Dan ia harus menjaga Virga selama 24 jam untuk kebutuhan makan, minum, bahkan hingga buang air.
"Cucu saya ini tak bisa lepas dari bantuan dan harus dijaga 24 jam," ucapnya lirih.
Untuk itu, lanjut Rustiana, pihaknya sangat mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada PTBA yang bersinergi dengan Komunitas Projo dan masyarakat yang telah peduli dengan cucunya yang telah memberikan kursi roda untuk menunjang dan memudahkan aktivitas cucunya. (SP/ Ardani)