Sakit, Ibu ini Harus Melihat Anaknya Dibunuh Didepan Matanya Usai Mengejek Temannya Miskin dan Jelek
Sakit, Ibu ini Harus Melihat Anaknya Dibunuh Didepan Matanya Usai Mengejek Temannya Miskin dan Jelek
TRIBUNSUMSEL.COM - Kesal membuat seseorang bisa melakukan apapun termasuk kejahatan.
Geram diejek miskin dan jelek, penyebab tersangka habisi Surya sampai putus pergelangan tangan di hadapan ibunda yang sedang mengidap kanker otak.
Seorang mahasiswi yang diduga pelaku pembunuhan Siti Nur Surya Ismail (19) sampai menyebabkan korban meninggal dengan pergelangan tangan kiri putus ditahan selama tujuh hari untuk menjalani pemeriksaan.
Melansir dari Harian Metro, Selasa (3/11/2020) perintah penahanan dikeluarkan oleh Hakim Engku Nurul Ain Engku Muda, untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut berdasarkan 302 Kanun Keseksaan terkait pembunuhan.
Sebelumnya pelaku yang berusia 19 tahun tiba di Pengadilan Negeri Marang, Malaysia pada 10:10 pagi waktu Malaysia.
Pelaku yang juga sebagai teman dekat korban sebelumnya diamankan pihak kepolisian Malaysia setelah diserahkan oleh ibunya pada pukul 8:15 pagi, Senin (2/11/2020).
Penangkapan pelaku dilakukan berdasarkan barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian.
Barang buktinya berupa rekaman CCTV di dekat kediaman korban.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya Siti Nur Surya Ismail (19) ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di Kampung Lubok Batu, Telemong, Kuala Berang, Malaysia.
Korban ditemukan oleh sang adik bernama Siti Nur Syuhada (15) tergeletak di ruang tamu bersimbah darah.
Menurut keterangan pelaku yang disampaikan pada pihak kepolisian Malaysia, pelaku kesal dengan hinaan Siti Surya pada dirinya.
Sebab sering mendapat hinaan dari korban, pelaku merasa sakit hati dan menaruh dendam sehingga menghabisi nyawa korban.
Ketua Polis Daerah Hulu Terengganu, Deputi Superintendan Mohd Adli Mat Daud berkata, motif pembunuhan tersebut diungkapkan pelaku ketika diantarkan oleh ibunya ke kantor kepolisian untuk dilakukan pemeriksaan.
Menurut pelaku, korban sering mengejek dirinya mengenai kehidupan keluarganya yang miskin.
Ibu pelaku bekerja sebagai tukang bersih-bersih, sedangkan ayahnya bekerja di desa, berbanding dengan kehidupan korban yang cukup mewah.