SOSOK Ashin Wirathu, Pria yang Disebut Otak Pembantaian Muslim Rohingya, Dikabarkan Menyerahkan Diri

Setelah 18 bulan kabur, sebuah video memperlihatkan si biksu berbicara di depan pendukungnya di Yangon, di mana dia mengenakan masker.

Editor: Weni Wahyuny
AFP
Biksu Ashin Wirathu 

Ashin Wirathu adalah anggota Ma Ba Tha yang menonjol dan digambarkan sebagai 'pemimpin kelompok paling ekstrem' kelompok tersebut.

Ma Ba Tha memiliki jaringan yang luas di tingkat negara bagian dan kota di Burma.

5. Senang ketika aktivis muslim tewas

Ko Ni, pengacara dan aktivis hak asasi manusia yang lantang membantu etnis Rohingya ditembak mati di Bandar Udara Internasional Yangon.

Saat itu, Ko Ni baru saja pulang menghadiri workshop di Indonesia.

Kesedihan menimpa sejumlah pemuka agama Buddha di Myanmar pada pemakaman Ko Ni.

Tapi tidak dengan Wiranthu yang justru gembira mendengar kematian Ko Ni akibat dibunuh.

Seperti diberitakan The Irrawady.com, Wirathu berterima kasih kepada sang pembunuh, namun mengucapkan bersimpati kepada keluarga Ko Ni

Ucapan tersebut dilontarkan Wirathu melalui akun jejaring sosial Facebook miliknya.

Wirathu juga mengancam siapa saja yang menentang draft tentang Protection of Religion and Race, seperti Ko Ni.

Akibat insiden ini, Wirathu dijatuhi sanksi 1 tahun dilarang ceramah di muka umum oleh pemerintah Myanmar.

6. Donald Trump

Dijauhi pemerintah Myanmar, Wirathu merasa sikapnya divalidasi oleh warga AS yang memilih Donald Trump menjadi presiden.

Dia menarik persamaan antara pandangannya mengenai Islam dengan pandangan presiden terpilih dari Partai Republik itu.

Kampanye Trump dipenuhi retorika dan proposal anti-Muslim yang termasuk pelarangan Muslim memasuki negara dan meningkatkan pengawasan terhadap masjid-masjid.

Bentuk nyata kebijakan-kebijakannya masih belum jelas.

"Kita dipersalahkan oleh dunia, tapi kita hanya melindungi rakyat dan negara kita," ujar Wirathu seperti dikutip VOA.

"...Dunia menyebut kita picik. Tapi karena orang-orang dari negara yang merupakan kakek demokrasi dan hak asasi manusia memilih Donald Trump, yang serupa dengan saya dalam memprioritaskan nasionalisme, komunitas internasional tidak akan begitu menyalahkan."

Ia bahkan mengemukakan ide untuk bekerjasama dengan kelompok-kelompok nasionalis di AS.

"Di Amerika, akan ada organisasi-organisasi seperti kita yang melindungi diri dari bahaya Islamisasi. Organisasi-organisasi itu dapat mendatangi organisasi-organisasi di Myanmar untuk mendapatkan saran atau untuk berdiskusi," ujarnya dalam wawancara di biaranya di Mandalay pada 12 November.

"Myanmar tidak begitu perlu mendapat saran dari negara lain. Tapi mereka bisa mendapat ide dari Myanmar." (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biksu Radikal Berjuluk "Buddhist bin Laden" Menyerahkan Diri Setelah 18 Bulan Kabur"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved