10 Tahun Lalu Gunung Merapi Meletus, Misi Rahasia 7 Petugas Pengamat Baru Terkuak: Takut, Itu Lumrah

Mereka inilah yang secara rahasia mendapat perintah khusus dari (waktu itu) Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo.

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNNEWS.COM/SETYA KRISNA SUMARGA
Letusan Merapi dari Bukit Bintang pada tahun 2010 

TRIBUNSUMSEL.COM, YOGYA – 10 tahun sudah kejadian Gunung Merapi meletus dengan dahsyat.

Letusan dahsyat Gunung Merapi pada Oktober-November 2010 menyisakan kisah-kisah dramatis yang belum pernah terekspos.

Sepekan sebelum gunung “meledak”, 7 petugas pengamat Merapi menjalankan tugas atau misi rahasia ke puncak.

Kisah eksklusif itu baru terungkap setelah 10 tahun berlalu.

“Takut, khawatir, waswas, itu pasti. Kami sudah tahu keadaannya. Gunung akan meletus,” ujar Heru Suparwoko.

“Takut itu manusiawi. Siapa orang yang tidak takut dalam situasi seperti itu,” sahut Yulianto.

 “Mau bagaimana lagi, tugas harus dijalankan,” timpal Triyono.

“Sebagai petugas, kita hanya menjalankan perintah. Takut, itu lumrah,” jawab Ahmad Sopari.

Demikianlah pengakuan para petugas pengamatan Merapi kepada Tribun.

Keterangan eksklusif mereka dihimpun Tribunnews.com sebagai kilas balik erupsi eksplosif Merapi, 10 tahun lalu, tepat hari ini, 26 Oktober 2020.

Mereka inilah yang secara rahasia mendapat perintah khusus dari (waktu itu) Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo.

Kisah heroik mereka ini belum pernah terpublikasikan media manapun.

Mobil Kijang merah milik Kamto, mengevakuasi warga Kinahrejo tepat detik-detik Merapi meletus pada 26 Oktober 2010
Mobil Kijang merah milik Kamto, mengevakuasi warga Kinahrejo tepat detik-detik Merapi meletus pada 26 Oktober 2010 (TRIBUNNEWS.COM/SETYA KRISNA SUMARGA)

Para petugas mendaki ke puncak gunung pada 19 Oktober 2010, memeriksa secara visual, mengukur suhu, mengambil sampel gas.

Hasil tugas mereka sangat menentukan keputusan yang diambil terkait aktivitas Merapi, terutama jenis letusan eksplosifnya akan seperti apa.

Satu-satunya di antara tujuh (7) orang yang dikirim ke puncak, yang mengaku tidak terlampau takut adalah Suratno alias Pak Surat.

“Malah nggak terlalu memikirkan soal takut atau tidak. Seperti biasa, diminta bantu balai, saya jalankan,” kata Surat, warga Lencoh, Selo, Boyolali ini.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved