Penanganan Corona

Rutin Konsumsi Olahan Jahe Merah dan Rebusan Daun Sungkai, Cerita Penyintas Covid-19 di Palembang

Cara lain yang ampuh dalam membantu kesembuhan mereka adalah dengan rutin mengkonsumsi olahan jahe merah dan rebusan daun sungkai.

TRIBUN SUMSEL/SHINTA DWI ANGGRAINI/ISTIMEWA
Shella (27) warga Palembang bersama seluruh anggota keluarganya sempat dinyatakan positif covid-19. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kisah perjuangan untuk bisa sembuh setelah terpapar virus corona diceritakan oleh Shella (27) seorang karyawan swasta di Palembang.

Tak sendiri, saat itu Shella bersama seluruh anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta kedua adiknya dinyatakan positif covid-19 berdasarkan hasil swab yang keluar pada 24 Agustus 2020 lalu.

"Kami juga tidak tahu bisa terpapar covid-19 dari mana. Karena memang orang tua, saya sendiri dan adik-adik punya pekerjaan dan aktivitas masing-masing," ujarnya kepada tribunsumsel.com, Senin (19/10/2020).

Diawali dari sang ibu yang mengalami penurunan kondisi kesehatan seperti demam, batuk dan flu.

Hal itu kemudian juga turut dialami oleh seluruh anggota keluarga di rumah termasuk Shella sendiri.

Tak cukup sampai disitu, satu keluarga itu juga seketika merasa kehilangan indera penciuman.

Merasa heran, lantas mereka akhirnya melakukan swab bersama setelah sang ibu berkonsultasi dengan dokter.

"Kami sempat bingung juga bisa terpaparnya dari mana. Tapi karena memang di rumah ini yang paling lemah imunnya adalah mama, jadi bisa dibilang mama duluan yang terpapar. Dan setelah kami sama-sama swab, keluar hasil yang menyatakan kami semua positif (covid-19)," ungkapnya.

Shella tak memungkiri, di awal mengetahui terpapar virus corona adalah saat-saat yang berat untuk dilalui.

Rasa sedih, khawatir hingga terpuruk begitu ia dan keluarganya rasakan.

Namun semua itu tidak berlangsung lama.

Shella bersama keluarganya segera bangkit dan konsisten untuk sembuh dengan cara mengikuti setiap anjuran yang diberikan oleh dokter.

"Kami sama-sama berusaha menguatkan diri masing-masing. Kemudian juga mengikuti arahan dokter untuk istirahat yang cukup, makan-makanan bergizi, minum vitamin dan olahraga yang teratur tapi tidak melelahkan. Karena kalau terlalu capek, takutnya akan berpengaruh pada pernapasan dan akan mengakibatkan sesak napas," ujarnya.

"Kita juga minum obat yang dikasih dari rumah sakit dan dipantau terus kondisi kami oleh tim dokter. Terima kasih sekali kepada tim medis yang sudah memantau kondisi kami selama 24 jam saat itu karena memang kami menjalani isolasi mandiri di rumah," ucapnya menambahkan.

Selain itu, cara lain yang dikatakan Shella begitu ampuh dalam membantu kesembuhan mereka adalah dengan rutin mengkonsumsi olahan jahe merah dan rebusan daun sungkai di pagi hari.

Ada juga cara lain yang rutin dilakukan yakni dengan mengoleskan minyak kayu putih diseputaran wilayah pernapasan seperti dada, leher dan hidung.

"Minyak kayu putih juga biasanya kami teteskan ke air hangat dan uap airnya kita hirup, itu ampuh sekali melegakan pernapasan. Dan juga airnya bisa langsung diminum. Saya sendiri merasa setelah minun itu, pernapasan jadi terasa lega. Hal ini bisa kita lakukan kapan saja atau disaat benar-benar merasa tidak nyaman dengan pernapasan," ujarnya.

Terlepas dari hal tersebut, ia mengatakan, apapun obat dan upaya untuk bisa sembuh dari suatu penyakit, berpikir positif adalah kunci utama untuk memperoleh kesembuhan.

Shella juga merasa sangat bersyukur lantaran memiliki keluarga, tetangga dan orang-orang sekitar yang begitu peduli atas apa yang terjadi saat itu.

Meski perhatian pemerintah setempat dirasa kurang, namun kekecewaan itu bisa sedikit terobati dengan para tetangga yang saat itu juga sempat melakukan penggalangan dana untuk membantu keluarga Shella.

Hingga akhirnya, setelah 14 hari menjalani isolasi mandiri di rumah, Shella dan keluarganya kembali menjalani swab dengan hasil yang keluar beberapa hari kemudian dinyatakan sembuh dari covid-19.

"Alhamdulillah kami tidak dikucilkan oleh warga sekitar. Hampir tiap hari ada saja yang mengantar obat-obatan, sembako, makanan. Padahal bisa antarnya cuma sampai pagar karena memang saat itu kami tidak boleh ada kontak langsung sama sekali dengan orang lain. Tapi benar-benar warga sekitar dan keluarga jauh saya, sangat peduli dengan kondisi kami saat itu," ungkapnya.

"Tapi itu tadi, perhatian hanya ada dari keluarga dan tetangga. Sedangkan pemerintah setempat, tidak terlalu kami rasakan. Hanya beberapa kali saja rumah kami memang disemprot disinfektan. Sedangkan untuk bantuan lain, tidak kami rasakan. Padahal papa saya adalah ketua RT di tempat tinggal kami," ujarnya.

Disisi lain, Shella juga mengatakan dirinya tidak pernah malu mengakui pernah terpapar covid-19.

Menurutnya hal tersebut bukanlah suatu hal yang memalukan.

"Itu kenapa saya berharap supaya paradigma di sebagian masyarakat yang mungkin saja masih memandang sinis pada orang yang pernah terjangkit virus corona, supaya dihilangkan.
Terpapar covid-19 itu bukan penyakit yang memalukan. Hal itu bisa terjadi kapan pun dan dimanapun. Setiap orang memiliki risiko yang sama," ujarnya.

Shella juga mengingatkan betapa pentingnya untuk selalu menerapkan protokol kesehatan sebagaimana yang telah dianjurkan pemerintah.

Dengan taat menggunakan masker, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menerapkan aturan jaga jarak, adalah langkah awal yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus corona.

"Sudah seharusnya kita selalu menjaga kesehatan karena sehat itu mahal," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved