Bayi Kembar Tewas Terkubur Tanah Longsor Bersama Ayah, Rencana Pesta Ulang Tahun Pertama Pupus

Meninggalkan kesedihan mendalam bagi Maria yang harus melanjutkan sisa kehidupan tanpa kehadiran tiga orang keluarganya.

Editor: Weni Wahyuny
(Kompas.com/Ahmad Dzulviqor)
Operasi penyelamatan korban longsor oleh Tim SAR Tarakan di rt 17 Intraca Rawa Tarakan, 4 korban meninggal 4 selamat (Amir kepala kantor BASARNAS Tarakan) 

TRIBUNSUMSEL.COM, TARAKAN - Musibah longsor terjadi di Rt.11 Juata Kerikil, Kota Tarakan, Kalimantan Utara pada Senin (28/9/2020) dini hari.

Bayi kembar berusia 10 bulan anak pasangan Cristianus Herianto (29) dan Maria tewas bersama sang ayah dalam bencana alam itu.

Pesta ulang tahun pertama si kembar Yohanes Dava Herianto dan Yohanes Davi Herianto pada 20 November 2020 mendatang kini tinggal rencana.

Meninggalkan kesedihan mendalam bagi Maria yang harus melanjutkan sisa kehidupan tanpa kehadiran tiga orang keluarganya.

Tetangga Maria, Matius Olla menceritakan bahwa kondisi Maria saat ini masih begitu terpukul.

Dia masih linglung sehingga belum bisa diajak berkomunikasi.

Histeris minta tolong

Matius menuturkan, pada Senin (28/9/2020) sekitar 01.30 WITA, saat hujan deras menguyur, rumahnya didatangi oleh keponakan suami Maria, Gusti yang berteriak meminta tolong karena keluarganya tertimbun longsor.

Matius pun langsung berlari ke rumah Maria yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya sembari berteriak teriak meminta tolong warga sekitar.

Saat Matius tiba, ternyata Maria yang selamat sudah berlarian ke rumah tetangga meminta tolong.

"Maria sebelumnya sempat terkubur setengah badan, tapi bisa selamat. Jadi ada lima orang yang tinggal di rumah itu, satunya itu keponakan bernama Gusti yang juga selamat," kata Matius melalui sambungan telepon, Selasa (29/9/2020).

Rumah Maria merupakan bangunan dari kayu berdinding triplek, sehingga tidak mampu menahan reruntuhan tanah dari lereng bukit yang ada di samping kamarnya.

Longsoran tanah hanya menimpa bagian kamar yang langsung mengubur tempat tidur sehingga membuat tiga orang di rumah ini tewas.

"Tidak banyak sebenarnya tanah yang menimbun di kamarnya, paling sekitar enam kubik saja, tapi memang tanah basah, dan kondisi korban ini berselimut, tertidur nyenyak, jadi bisa apa?," lanjutnya.

Dikatakan Matius, maria terus histeris saat warga menggali longsoran yang menimbun anak kembar dan suaminya itu.

"Saya terus teriak minta tolong juga sama warga, saya robohkan dinding kamar supaya luas. Saya berdiri untuk menggali," kata Matius.

"Puji Tuhan saya bisa mengeluarkan jasad bayi pertama dengan mengeluarkan kepalanya lebih dulu, sayang sudah tidak ada napasnya," tuturnya.

Begitu berhasil mengeluarkan bayi pertama, Maria langsung menggendong anaknya dan berusaha membangunkannya.

Tidak lama, Matius mengeluarkan jenazah bayi kedua yang disambut teriakan pilu sang ibu.

Sampai ketika jasad suaminya dikeluarkan dari tumpukan tanah, Maria tidak berhenti meratap.

Saat ini, ketiga jenazah sudah dimakamkan di Gunung Selipsi Kampung 1 Tarakan lantaran tak jadi dimakamkan di kampung halaman di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

"Ada kendala dana sehingga hari ini kami lakukan upacara pemakaman di Tarakan saja, kami menggelar ibadah sampai malam. Puji Tuhan semua proses pemakaman berjalan lancar," katanya.

Ulang tahun anak kembar

Pasangan suami istri ini sangat memanjakan anak kembar mereka.

Maria dan mendiang suaminya sudah berencana merayakan ulang tahun pertama si kembar.

Perlahan, Maria dan Cristianus melebarkan rumah kayu mereka, sedikit demi sedikit.

Keduanya pun menghias rumah untuk mempersiapkan perayaan ulang tahun si kembar yang direncanakan pada 20 November 2020 mendatang.

"Memang sudah jauh-jauh hari mereka berniat itu membuat ulang tahun satu tahun anak kembarnya. Mereka bilang ke saya 'abang nanti ulang tahun anakku kita ke rumah ya, kita buat acara kecil-kecilan untuk kita-kita saja’, tapi Tuhan punya kehendak lain mau bilang apa?," kata Matius.

Sementara ini, sebagai tetangga dan sesama pendatang dari Flores, NTT, Matius mempersilahkan Maria dan Gusti tinggal di rumahnya sambil berharap tekanan batin yang dirasakan bisa segera pulih.

Longsor di 4 titik, 11 orang tewas

Tanah longsor juga terjadi di empat titik kota Tarakan, Kalimantan Utara pada Senin (28/9/2020) dini hari.

Kepala Basarnas Kota Tarakan Amiruddin mengatakan, longsor terjadi di RT 17 Juata Permai, Kampung 1 Skip, Kawasan Gunung Selatan, dan RT 19 Karang Anyar.

Akibat peristiwa ini 11 orang tewas.

Longsor di RT 17 Juata Permai menyebabkan empat orang tewas, tiga orang tewas di kampung 1 Skip, tiga tewas di Gunung selatan, dan satu orang tewas di Karang Anyar.

"Dua di antaranya merupakan bayi kembar laki laki yang baru berusia 10 bulan," kata Amiruddin saat dihubungi Kompas.com.

Menurut Amiruddin, titik yang terjadi longsor memang memiliki kontur tanah labil dan tidak memiliki bebatuan.

"Peristiwa tersebut terjadi pada dini hari saat hujan lebat di waktu para korban terlelap, sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri," sebutnya.

Berikut identitas korban tanah longsor di Tarakan:

Gabriel Selatani (10), korban di RT 17 Juata Permai

Pitter Bati (42), korban di RT 17 Juata Permai

Anna Usulalong (38), korban di RT 17 Juata Permai

Tristan Alfian Lalong (9), korban di RT 17 Juata Permai

Suroto (65), korban di Kampung 1 Skip

Partini (63), korban di Kampung 1 Skip

Wagimin (60), korban di Kampung 1 Skip

dua bayi berusia 10 bulan, korban di Kelurahan Gunung Selatan

Ariyanto (40), korban di Kelurahan Gunung Selatan

Eldayanti (16), korban di Kelurahan Karang Anyar

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duka Ibu Bayi Kembar Korban Longsor Tarakan, Rencana Pesta Ulang Tahun Pupus" dan "Identitas 11 Korban Tanah Longsor di Tarakan"

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved