Kucurkan Kredit Rp 107 Miliar Biayai Kebun Sawit, BNI Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional
Pembiayaan ini disalurkan dalam rangka mendorong dan membantu perekonomian Indonesia yang pada akhir akhir ini lesu dikarenakan pandemic Covid-19.
Penulis: Hartati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Bank Negara Indonesia (BNI) Wilayah Palembang mengucurkan kredit pembiayaan perkebunan sawit inti plasma kepada koperasi PT Sentosa Agri Prima Rp 107,5 miliar.
Pemimpin BNI Wilayah Palembang Sunarna Eka Nugraha mengatakan perjanjian secara tripartit antara BNI, koperasi dan perusahaan inti kepala sawit ini di diharapakan bisa membantu dan membuat gairah perkonomian khususnya dibidang perkebunan kelapa sawit bisa beroperasi secara lebih optimal dan dapat menghasilkan produksi yang berkualitas.
"Pembiayaan ini disalurkan dalam rangka mendorong dan membantu perekonomian Indonesia yang pada akhir akhir ini lesu dikarenakan pandemic Covid-19 sehingga bisa mendorong percepatan pemilihan ekonomi," ujar Sunarna, Selasa (1/9/2020).
Sunarna mengatakan meski saat ini masih pandemi namun bank tetao bekerja seoptimal mungkin seperti biasa dengan tetap melayani nasabah perorangan ataupun perseroan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Dia berharap semua semua pihak dapat berperan aktif dalam rangka memulihkan perekonomian nasional baik secara umum ataupun khususnya untuk para pelaku usaha dibidang perkebunan.
Sementara itu Direktur dari PT Sentosa Agri Prima, Newton mengucapkan banyak terima kasih atas kerja sama ini dan berharap bisa turut membantu memulihkan perekonomian nasional dan membuat industri perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit kembali beraktifitas seperti sedia kala dan membuat produksi dari kelapa sawit menjadi lebih optimal serta berkualitas.
Terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo mengatakan, panyaluran kredit di berbagai sektor juga turun akibat pandemi. Pembiayaan sektor pertambangan turun drastis hingga Rp 30,57 perssn disusul pembiayaan sektor konstruksi turun 12 persen, sektor PBE turun 4,48 persen, diikuti sektor pertanian dan pengolahan masing-masing sebesar 2,8 persen dan 2,09 persen.
Hari mengatakan, saat perekonomian tumbuh lambat seperti ini, realisasi penyaluran kredit lambat karena memang pemerintahan kreditnya lambat. Selain itu bank juga fokus memberikan bantuan relaksasi kredit agar bisa membantu masyarakat dan UMKM bisa bangkit menjadi pandemi, tapi lagi-lagi pelaku usaha saat ini masih wait and see dengan keadaan sehingga permintaan kredit masih sedikit.
"Bank memang memiliki semangat menyalurkan pembaiyaan hanya saja segmentasinya yang harus diubah saat ini misalnya saja dengan membidik sektor UMKM karena sektor ini yang paling terdampak juga agar permintaannya ada sehingga tumbuh simbiosis penyedia pembiayaan oleh perbankan dengan kelompok ummk yang menandai segmentasi permintaanya," tutup Hari.