Lokasi Persis di Seberang Masjid Agung Palembang, Depot Buku Bekas Punya Koleksi Ribuan Judul
Satu buku dipatok mulai dari Rp 20 ribu saja. Calon pembeli tak perlu ragu menawar, sebab jika lihai menawar harganya bisa turun cukup lumayan.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ingin membeli buku tetapi keuangan sedang kurang baik, tempat penjualan buku bekas bisa menjadi pilihan.
Untuk di Kota Palembang ada beberapa lokasi tempat penjualan buku bekas, di antaranya jajaran depot buku bekas di Jl Tjik Agus Kiemas No 106, 19 Ilir.
Lokasinya persis di seberang Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo, ada beberapa depot yang menjual buku bekas. Bangunannya tidak mewah, hanya berupa depot kayu.
Setiap pemilik depot buku bekas pun memiliki ribuan literatur yang bisa dibeli oleh penyuka buku. Jenis buku bekas yang disediakan pun beragam. Ada buku pelajaran, buku nonfiksi seperti buku sejarah, pengembangan diri, bisnis dan agama, serta novel terbitan dalam dan luar negeri.
Bila beruntung, pengunjung pun bisa mendapatkan buku dari penulis terkenal seperti Dee Lestari, Helvi Tiana Rosa, Habiburrahman El Shirazy, sampai buku karya Leila Ahmed.
Harga buku bekas yang ditawarkan di pusat penjualan buku bekas ini relatif murah. Satu buku dipatok mulai dari Rp 20 ribu saja. Calon pembeli tak perlu ragu menawar, sebab jika lihai menawar harganya bisa turun cukup lumayan.
Selain sebagai pusat pembelian buku bekas, di kawasan ini pula pemilik depot juga menerima penjualan buku bekas dari pengunjung. Setiap buku bekas yang dijual dihargai mulai Rp20 ribu atau sesuai dengan kualitas buku.
Sayangnya, para pemilik depot buku di kawasan ini belum memanfaatkan media sosial untuk sekadar mempromosikan atau menjual buku bekas. Beberapa penjual buku menyebutkan, mereka hanya mengandalkan transaksi jual beli buku di depot saja.
Seperti dikatakan salah satu pedagang, Zul, dia tak merambah penjualan daring karena selain tak memiliki stok buku yang kemungkinan dicari calon pembeli, dia juga tak memiliki gawai pintar yang bisa mendukung penjualan melalui media sosial maupun niaga el (e-commerce).
"Jual beli buku di sini saja. Susah karena kita tidak punya stok. Enggak punya HP untuk jualan buku." kata Zul.