Terasa Lebih Panas Setelah Hujan Turun, Ini Penjelasan BMKG Sumsel

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Saat ini, secara umum wilayah Sumsel masih dalam masa puncak kemarau.

Namun, karakteristik musim kemarau tahun ini adalah kemarau basah dimana potensi hujan lebih banyak dibandingkan dengan kemarau yang kering.

Menurut Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang V Sinta Andayani, banyak faktor jadi pemicu di atmosfer beberapa waktu lalu yang bergantian terjadi.

Sehingga, hujan sering turun di musim kemarau ini.

Contoh nya Sirkulasi Eddy, belokan angin, MJO dan gelombang Ekuatorial Rossby. Itu yang menyebabkan tahun ini, terjadi kemarau basah,

"Setelah hujan baik siang maupun malam hari, juga berdampak pada suhu. Suhu akan terasa lebih panas, karena adanya penguapan lantaran Indonesia merupakan daerah kepulauan. Sehingga suhu terasa lebih panas karena penguapan yang terjadi," katanya, Kamis (20/8/2020).

Untuk beberapa hari ke depan, diperkirakan potensi hujan kecil. Potensi hujan yang turun pada saat ini memang lokal, tidak merata dan intensitasnya ringan hingga sedang.

Diprediksi, sekitar Oktober mendatang.

Sedangkan Kasi Observasi dan Informasi Klimatologi Kenten Nandang menjelaskan, saat ini masih berlangsung musim kemarau di Sumsel.

Diperkirakan, kondisi seperti ini hingga Oktober mendatang dan baru akan masuk musim peralihan.

"Berdasarkan Prakiraan Musim kami, Bulan Agustus dan September adalah Puncak Musim Kemarau Wilayah Sumsel.

Namun demikian Sesuai Prakiraan Sifat Hujan 6 Bulan kedepan Sifat Hujan Wilayah Sumsel di Atas Normal sehinnga Musim Kemarau di Tahun 2020 ini akan lebih Basah dari tahun 2019," katanya.

Untuk itulah, BMKG menghinbau kepada masyarakat Sumsel, untuk mewaspadai Potensi Hujan secara tiba-tiba dalam luasan lokal.

Durasi singkat dengan intensitas hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang masih mungkin terjadi.