Berita Palembang

'Demi Anakku yang Cacat Aku Rela Asal Dia Makan', Sandi Terpaksa jadi Badut Jalanan di Palembang

Namun dibalik sikap ramah melalui lambaian tangan pada setiap pengendara dan senyum ceria dari kostum badut yang ia gunakan, rupanya Sandi kini tengah

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM/SHINTA DWI ANGGRAINI
Sandi (39) jadi badut jalanan di kota Palembang 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Belakang ini tak hanya 'manusia silver' yang banyak ditemui di persimpangan lampu merah.

Nyatanya badut jalanan juga kembali banyak dijumpai di jalan raya di Kota Palembang.

Salah satunya Sandi (39), warga Tangga Buntung Kota Palembang yang mengaku sudah lebih dari tiga minggu terakhir menjalani pekerjaan sebagai badut jalanan.

Namun dibalik sikap ramah melalui lambaian tangan pada setiap pengendara dan senyum ceria dari kostum badut yang ia gunakan, rupanya Sandi kini tengah berjuang menjalani tugasnya sebagai kepala keluarga.

Pekerjaan yang ia sebut sebagai "penghibur jalanan" itu harus ia pilih untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup seorang istri dan empat anaknya.

Saya Cinta Indonesia, Gadis Berdarah Tionghoa jadi Paskibraka Sumsel, Ikuti Jejak Sheren Valentia

Apalagi anak pertama Sandi yang kini berusia 16 tahun, terlahir dengan mengalami disabilitas berat dan membutuhkan biaya lebih untuk makan.

Sedangkan anak keduanya, tahun ini baru masuk jenjang SMA.

Anak ketiga sudah duduk di bangku kelas 2 SMP dan anak keempatnya baru masuk SD di tahun ajaran baru ini.

"Anak pertama saya sampai sekarang tidak bisa makan nasi biasa. Jadi dikasih makan susu dicampur beras merah sama air, terus dimasukkan ke dalam dot. Karena anak saya itu disabilitas berat dari lahir, sampai sekarang tidak bisa apa-apa kalau tidak dibantu, termasuk saat makan," ujarnya saat ditemui Tribunsumsel.com, Senin (17/8/2020).

Di depan kostum yang ia kenakan, Sandi menggantung sebuah triplek kecil di lehernya.

Triplek itu bertuliskan, "Demi anakku yang cacat ini aku rela asal dia makan". 

Ditempelkan pula foto sandi bersama sang anak di sudut kanan triplek tersebut.

BREAKING NEWS : Office Boy (OB) Bank di OKU Selatan Tewas Dibunuh, Cemburu Diduga jadi Motif

Sandi mengaku tulisan dan foto itu sengaja ia tempelkan sebagai penyemangat untuk terus mencari nafkah bagi keluarganya.

Tak hanya itu, melalui tulisan tersebut Sandi berharap orang-orang bisa tahu bahwa ia sangat serius menjalani pekerjaannya sebagai badut jalanan.

Ia tak mau dianggap hanya iseng atau dianggap sebagai bagian dari orang-orang yang merusak keindahan kota.

"Pekerjaan ini (jadi badut jalanan) cari nafkah dengan cara menghibur. Kalau dikasih uang ya kita terima, kalau tidak dikasih ya tidak marah. Kalau marah, itu namanya pemalak, tapi kan saya tidak seperti itu. Saya sungguh-sungguh mau cari uang buat kebutuhan hidup kami sekeluarga," ujarnya.

Selama menjadi badut jalanan, Sandi mengaku sudah dua kali terjaring razia petugas.

Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap menjadi badut jalanan.

"Sekarang ini lagi susah, syukurnya saya ada jalan rezekinya seperti ini (jadi badut jalanan). Saya tidak jahat sama orang, tidak mencuri, tidak memalak, apalagi copet. Saya di sini cari uang dengan cara halal untuk keluarga," ujarnya.

Selama menjadi badut jalanan, rasa panas sampai keringat mengalir deras diakui sandi menjadi keadaan yang harus dihadapi setiap hari. 

Tak peduli walaupun cuaca panas terik, ia tetap harus berjoget ceria di pinggir jalan.

Sebab bila turun hujan, justru ia kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya tersebut.

Sebelum menjadi badut jalanan, Sandi bekerja serabutan.

Terkadang menjadi tukang ojek,  tak jarang pula ia bekerja sebagai buruh bangunan.

Namun sejak pandemi covid-19 terjadi, Sandi sudah tidak pernah lagi diajak bekerja bangunan.

Untuk itu, berawal dari ajakan teman, Sandi akhirnya tertarik untuk menjadi badut jalanan.

Kostum yang ia gunakan adalah barang sewaan dengan bayaran 50 persen dari hasil yang ia dapatkan dalam satu hari.

"Biasanya sehari dari pagi sampai malam, saya masih bisa bawa pulang uang bersih Rp100- Rp150 ribu. Jumlah itu sudah sama seperti hasil kerja bangunan. Bisa untuk menutupi kebutuhan," ujarnya.

Dihari kemerdekaan ini, Sandi berharap agar ia juga bisa merdeka dari kesulitan ekonomi yang kini tengah ia rasakan.

Sandi berharap agar ia bisa terus sehat supaya dapat mencari nafkah bagi keluarganya.

"Saya juga mau merdeka dari kesulitan ekonomi. Saya berharap bisa merdeka, setidaknya dalam menjalani pekerjaan saya saat ini (jadi badut jalanan). Dari pada di rumah, anak nangis mau makan, lebih baik saya kerja begini," ujarnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved