Kisah Hidup Warga Hokse, Jual Ginjal Demi Bisa Bangun Rumah, Tapi Hancur Diguncang Gempa Bumi
Kampung Hokse di Nepal lebih tenar dikenal sebagai lembah ginjal.Bagaimana tidak, hampir semua penduduk di kampung Hokse telah menjual ginjalnya
TRIBUNSUMSEL.COM -- Kampung Hokse di Nepal lebih tenar dikenal sebagai lembah ginjal.Bagaimana tidak, hampir semua penduduk di kampung Hokse telah menjual ginjalnya untuk mendapatkan banyak uang.
Ya, uang hasil penjualan ginjal tersebut rupanya digunakan Warga Hokse untuk membangun rumah impian mereka.
Maka tak heran jika bertandang ke kampung Hokse, anda akan disuguhi rumah-rumah yang bagus dan megah.
Dilansir TribunStyle.com dari Intisari diketahui warga Hokse menjual satu ginjal mereka dengan harga 1.300 poundsterling atau setara Rp 235 juta.

Warga Hokse menjual ginjal mereka secara ilegal.
Mereka menggunakan jasa calo yang memang sering mengunjungi kampung tersebut.
Sebagian warga menghabiskan hasil penjualan ginjal untuk membangun rumah bak istana.
Geeta, salah satu warga Hokse mengaku telah mengikuti jejak para tetangganya untuk menjual ginjalnya pada seorang calo.
Geeta mengaku hasil penjualan itu telah ia gunakan untuk membeli tanah seluas 12 mil di sebelah tiur Khatmandu.
Para calo memang dengan sengaja menjadikan kampung Hokse sebagai landang dengan ginjal yang siap panen kapan saja.
Cukup dengan rayuan uang, para calo akan dapat dengan mudah mendapatkan ginjal warga Hokse.
Banyak trik telah dilakukan para calo demi melancarkan aksinya.
Salah satunya adalah memberi tahu mereka bahwa manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup.
Selain itu mereka juga mengatakan, ginjal yang sudah dipanen akan tumbuh kembali, selama itu mereka bisa hidup dengan satu ginjal saja.
Ini adalah trik yang digunakan para pemanen ginjal di desa Hokse untuk mendapatkan keuntungan dari kenaifan penduduk desa.
"Selama puluhan tahun, orang-orang datang ke kampung sini dan meyakinkan kami untuk menjual ginjal kami, awalnya saya menyatakan tidak," kata Geeta.
Namun keyakinan Geeta akhirnya goyah saat keinginannya untuk mewujudkan rumah impian bagi keluarganya lebih besar.

"Aku menginginkan rumahku sendiri, dan sebidang tanah untuh hidup bersama anak-anakku, aku benar-benar membutuhkannya," katanya.
Operasi hanya memakan waktu satu jam, namun korban biasanya akan di rumah sakit selama 3 minggu.
Namun siapa sangka, keputusan warga Hokse menjual ginjal mereka justru menjadi malapetaka di kemudian hari.
Lima tahun lalu tepatnya pada 25 April 2015, sebuah gempa berkekuatan 7,8 skala richter mengguncang Nepal dengan hebat.
Akibatnya hampir semua rumah di kampung Hokse hancur rata dengan tanah.
Rumah bak istana itu seketika runtuh tanpa meninggalkan kemegahan sedikit pun.
Sejak itu warga Hokse terpaksa harus tinggal di tenda dan gubuk yang dibangun di atas tanah mereka sendiri.
Dilaporkan 8.800 warga tewas dan 23.000 jiwa luka-luka.
Dalam kondisi seperti itu, banyak warga yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan.
Banyak sejumlah penduduk yang frustasi mulai menjadi pemabuk, untuk menghilangkan kesedihannya, perlahan kesehatan mereka memburuk.
Di sisi lain, banyak orang yang putus asa dengan bencana itu mereka yang belum menjual ginjalnya justru mulai menjual ginjalnya.
Bencana itu seketika membuat keadaan warga Hokse sangat memperihatinkan

Hidup hanya dengan satu ginjal nyatanya tak mampu membuat mereka kuat untuk berjuang layaknya orang sehat yang normal.
Kini mereka pun hanya mampu pasrah dengan kondisi yang ada.
Dengan kondisi kesehatan yang tidak penuh, kini warga Hokse harus menghabiskan waktunya untuk bertahan hidup dengan sebuah penyesalan.
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Nekat Jual Ginjal Demi Bangun Rumah, Kisah Miris Warga Hokse 'Istananya' Hancur Diguncang Gempa
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Miris Warga Hokse, Jual Ginjal Demi Bangun Rumah Tapi Malah Hancur Seketika Diguncang Gempa, https://aceh.tribunnews.com/2020/08/04/kisah-miris-warga-hokse-jual-ginjal-demi-bangun-rumah-tapi-malah-hancur-seketika-diguncang-gempa?page=all.
Editor: Amirullah