Corona di Palembang

Ahli Epidemiologi Unsri : Warga Palembang Kelas Menengah ke Bawah Mulai Tak Percaya Lagi Corona

Kota Palembang kembali ditetapkan sebagai wilayah zona merah penyebaran covid-19 di Sumatera Selatan (Sumsel)

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
corona.sumselprov.go.id
Ilustrasi Virus Corona di Sumsel 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kota Palembang kembali ditetapkan sebagai wilayah zona merah penyebaran covid-19 di Sumatera Selatan (Sumsel).

Terkait hal tersebut, Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sriwijaya, Najmah, SKM, MPH, PhD menilai bahwa hal tersebut sudah bukan lagi menjadi hal yang mengejutkan.

"Karena berdasarkan prediksi epidemiologis, wilayah Sumsel seharusnya dapat melaporkan lebih banyak lagi terkait kasus corona yang terjadi," ujarnya, Sabtu (25/7/2020).

Namun sayangnya, ada beberapa hal yang menjadi kendala betapa sulit melakukan pelaporan terkait kasus corona di tengah masyarakat.

Diantaranya ketimpangan akses tes corona ditingkat kabupaten dan sulitnya melakukan tracing.

Belum lagi adanya penolakan tes dari masyarakat, merupakan beberapa kendala yang harus ditemui di lapangan.

"Hal inilah yang menyebabkan hanya Palembang saja yang menjadi episentrum penyebaran covid-19 di Sumsel. Padahal, tanpa ada restriksi perjalanan antar kota atau kabupaten di Sumsel, semua kabupaten kota di Sumsel bisa jadi zona merah. Namun, tidak terdeteksi," ujarnya.

Terkait perubahan zona oranye ke zona merah di kota Palembang, ia menilai bahwa hal tersebut sudah menunjukkan gesitnya tim dari Dinkes setempat untuk fokus dalam melakukan tes maupun tracing.

"Dengan makin banyaknya kasus yang terdeteksi, maka penanggulangan corona juga akan lebih tepat," jelasnya.

Najmah memaparkan, berdasarkan hasil studi etnografi pada kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang dilakukannya, diketahui bahwa tingkat kepercayaan terhadap adanya virus korona sudah mulai memudar.

Studi tersebut ia lakukan selama 3 bulan bersama rekan-rekan dari tim Kampung Pandai Kelurahan 13 Ulu Palembang, sembari melakukan kegiatan sosial bagi-bagi masker anak, sabun dan penyuluhan keliling.

Tim tersebut sedang mengevaluasi program sekaligus studi perspesi masyarakat tentang corona pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Dari hasil yang tim temui di lapangan, masyarakat banyak yang bilang mereka tiap hari ke pasar, tapi sehat sehat saja. Atau ada respon lainnya, di kampung mereka tidak pernah terlihat ada yang terinfeksi corona," ujarnya.

"Padahal dalam faktanya, data-data yang ditampilkan naik terus menerus. Namun masyarakat yang terinfeksi corona, cenderung tidak ingin orang lain tahu, mengingat Stigma, rasa malu, takut dihindari dan lain-lain"

"Hal ini juga berpengaruh bagi stigma di sebagian masyarakat. Mereka beranggapan, tanpa ada bukti pasien dengan corona di kampung, mereka masih tidak percaya bahwa corona itu ada," sambungnya.

Menurutnya, ketidakdisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan selama pandemi di tengah masyarakat juga berasal dari paradigma yang sudah berubah.

Masa New Normal dipersepsikan sebagian masyarakat merupakan saat dimana segala situasi kembali normal.

Ia mengakui cukup sulit untuk mengubah paradigma yang terbentuk.

Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa kembali menggugah kesadaran masyarakat.

"Pertama dengan mengeliminasi informasi hoax terkait corona.
Kedua, kesamaan informasi yang keluar dari pejabat daerah dan pusat.Ketiga, mengajak semua elemen untuk mengkampanyekan corona merupakan masalah serius, bukan teori konspirasi, apalagi urusan politik dan kapitalisme, bekerjasama dengan para ulama," ujarnya.

Najmah menilai, bekerjasama dengan ulama untuk terus menerapkan protokol kesehatan selama pandemi, merupakan cara tepat yang bisa dilakukan ke masyarakat kota Palembang.

"Tipikal masyarakat kota Palembang Darussalam adalah religius, jadi pendekatan ke ulama, guru ngaji, pimpinan pondok pesantren, dan tokoh masyarakat (para guru) untuk bersama sama memerangi dan menerapkan protokol kesehatan tepat dilakukan di Palembang," ujarnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat untuk selalu menerapkan 3M.

"Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak adalah cara sederhana yang harus secara disiplin kita terapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved