Berita Pendidikan

Polisi dan Kemenag Dilibatkan Mendidik Anak Jalanan di SKB dan Sekolah Filial Palembang

Kepala SKB Palembang Herman Wijaya mengatakan bahwa sistem penerimaan siswa baru di sanggar belajar yang dia pimpin ini dilakukan secara offline

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Melisa Wulandari
Proses pendaftaran calon siswa di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Palembang di Jalan Srijaya KM5 Palembang, Senin (6/7/2020) 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Sekolah filial untuk anak jalanan dan juga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Jalan Srijaya KM 5 Palembang kembali menerima siswa baru dengan berbagai tingkatan mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK yang putus sekolah.

Kepala SKB Palembang Herman Wijaya mengatakan bahwa sistem penerimaan siswa baru di sanggar belajar yang dia pimpin ini dilakukan secara offline.

"Kami, sudah menyebar brosur di kelurahan melalui Dinas Kominfo juga bahwa SKB Palembang menerima siswa filial untuk anjal dan putus sekolah. Dan bagi yang minat bisa datang langsung ke SKB di Jalan Srijaya KM 5, Palembang," katanya, Senin (6/7/2020).

Sampai saat ini yang mendaftar sudah banyak mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK yang putus sekolah.

"Untuk calon siswa yang putus sekolah dan masih usia sekolah akan kami tempatkan di sekolah filial (SDN 238, SMPN 19, SMAN 11 dan SMKN 7) sedangkan mereka yang putus sekolah tetapi tidak usia sekolah kami arahkan di sekolah kesetaraan dan di SKB," ujarnya.

"Hari ini kami telah melakukan verifikasi anak anak yang mendaftar di sekolah filial untuk periode pertama."

"Apabila kelas masih memungkinkan akan kami adakan pendaftaran untuk periode kedua," kata mantan Kabid SMP Dinas Pendidikan Palembang ini.

Untuk sekolah filial kelasnya terbatas sehingga pihaknya masih menempati Satuan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

"Mudah-mudahan Kepala Dinas Kota Palembang akan memberikan bantuan pembangunan gedung baru bagi siswa filial ini sehingga semakin banyak anak yang putus sekolah bisa kami tampung," harapnya.

"Dalam pembinaannya tidak hanya guru yang kami libatkan, kami juga melibatkan pihak Polsek Sukarami, Kementerian Agama (Kemenag) Palembang/Sumsel."

"Karena anak-anak anjal ini akhlak dan budi pekertinya beda dengan anak-anak pada umumnya maka dari itu yang paling utama dalam mengajari mereka adalah belajar akhlak dan budi pekerti terlebih dahulu," ujarnya.

Anak-anak yang putus sekolah ini kepribadiannya lebih dari standar, sopan santunnya pun juga kurang maka dari itu pihaknya tidak cukup hanya ada pembinaan dari guru tetapi pihaknya juga melibatkan pihak yang berwenang untuk mencerdaskan anak-anak ini.

"Kami juga melakukan verifikasi ini gunanya untuk melihat batas usia anak yang putus sekolah ini. Apakah mereka yang mendaftar ini memang batas usia sekolah atau tidak. Kalau mereka melebihi batas usia sekolah maka anak tersebut arahkan ke sekolah kesetaraan atau SKB," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved