Timnas Indonesia
Pola Pikir Pemain Indonesia yang Buat Tak Berkembang, Pilih Bantu Keluarga Dari Menang Ballon d'Or
Pola Pikir Pemain Indonesia yang Buat Tak Berkembang, Pilih Bantu Keluarga Dari Menang Ballon d'Or
TRIBUNSUMSEL.COM - Sejumlah pemain Indonesia sudah bermain di Liga Eropa.
Namun, beberapa pemain Indonesia masih menjadi penghangat bangku cadangan.
Mantan pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, menyebut bahwa hampir semua pemain di Indonesia lebih ingin membantu keluarganya ketimbang memenangkan gelar Ballon d'Or.
Mantan pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, baru-baru ini berbagi pandangannya tentang sepak bola Indonesia dalam kanal Youtube milik Bayu Eka Sari atau Bang Bes.
Di salah satu segmen, Bang Bes bertanya tentang pendapat Simon McMenemy terhadap mental pemain Indonesia yang cepat puas.
Bang Bes sendiri mencutat pernyataan penyerang timnas Indonesia, Alberto Goncalves, yang menyatakan bahwa pemain Indonesia cenderung tak mau berkembang lebih jauh ketika sudah punya kekayaan dan bisa membantu keluarganya.
Simon pun membagikan pengalamannya saat mengunjungi Jakarta pada 2015.
Saat itu, Indonesia tengah mengalami sanksi dari FIFA yang berakibat pada pembatalan liga dan pelarangan timnas mengikuti kompetisi internasional.
"Ketika saya bekerja di Nike saat masih di Filipina, kami datang dan membuat semacam akademi di Jakarta. Saat itu bersamaan waktunya ketika Indonesia dilarang dari kompetisi internasional," tutur Simon.
"Kami bangun akademi dengan pemain U-16/U-17 terbaik saat itu, mereka berlatih di Sawangan 4-5 kali seminggu."
"Lalu kami mengundang psikologi yang membahas soal motivasi. Kami membuat tes, ada tumpukan majalah, mereka potong gambar dari majalah itu, lalu ditempelkan ke papan," jelasnya.
Menurut Simon, potongan majalah itu merupakan hal-hal yang diinginkan oleh masing-masing anak ketika bisa menjadi pemain sepak bola profesional.
Hal itu bisa bermacam-macam, mulai dari kendaraan mewah, rumah, popularitas, dan segala hal yang menjadi mimpi mereka.
Hasilnya justru membuat Simon dan penyelenggara merasa tercengang.
Pasalnya, hampir semua pemain muda itu tidak punya keinginan untuk membuktikan kemampuannya di level dunia seperti meraih Ballon d'Or.