Fenomena Matahari 'Lockdown' Pertanda akan Timbul Bencana di Muka Bumi ? Ini Penjelasan LAPAN RI
Para ilmuwan NASA pun khawatir akan adanya pengulangan Dalton Minimum yang terjadi pada 1790-1830.
Bahkan suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun.
Hal ini membuat produksi pangan duni hancur.

Sementara itu, mengutip dari Daily Mail, fase lockdown matahari ini dapat menyebabkan ledakan "sprite".
Ledakan tersebut seperti cahaya oranye dan merah yang melesat keluar dari puncak badai seperti pohon-pohon setinggi 60 mil di langit.
Met Office dan anggota Royal Astronomical Society meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap fenomena tersebut.
Hal ini lantaran fenomena yang terjadi merupakan sifat alami.
Seperti yang diketahui, matahari merupakan salah satu bintang yang membuat bumi tetap hidup.
Maka segala aktivitasnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi.
Ilmuwan Met Office Jeff Knigt menegaskan, kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan musim dingin berkepanjangan.
Jeff memprediksi, penurunan suhu tak akan mencapai 20 derajat.

"Minimum matahari kemungkinan akan mempengaruhi suhu rata-rata global, menjadikannya lebih dingin, tetapi hampir tidak mencapai 20 derajat," katanya.
Meski bumi akan mengalami penuruan suhu, hal ini tidak berarti bahwa masalah pemanasan global telah selesai.
"Hanya karena kita dalam jumlah minimum, itu tidak berarti pemanasan global akan ditangkap atau dibalik - ini memiliki efek yang jauh lebih halus daripada itu," katanya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (LAPAN RI) juga turut menyinggung soal fase minimum matahari ini.
"Matahari sedang memasuki fase di mana Matahari lebih sedikit atau tidak sama sekali membentuk bintik matahari (sun spot)," tulis pihak Lapan melalui akun Instagram @lapan_ri yang Tribunnews.com kutip Sabtu (23/5/2020).