Berita Palembang

Pembegal Ojek Online di Palembang Ditembak Polisi, Tusuk Korbannya Hingga Terkapar

Rio Nando terpaksa dilumpuhkan Team Khusus Anti Bandit (Tekab) 134 Satreskrim Polrestabes Palembang.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Agung Dwipayana
Rio Nando pembegal ojek online di Palembang menjalani pemeriksaan di Satreskrim Polrestabes Palembang, Senin (11/5/2020) 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Rio Nando terpaksa dilumpuhkan Team Khusus Anti Bandit (Tekab) 134 Satreskrim Polrestabes Palembang.

Pemuda 24 tahun warga Talang Kelapa, Banyuasin ini merupakan pelaku begal yang melukai seorang pengemudi ojek online (ojol), beberapa hari lalu.

Kepada petugas, Rio mengakui perbuatannya membegal seorang pengemudi ojol.

"Seminggu yang lalu, hari Minggu malam, waktu itu saya pesan ojek dari Jalan Jenderal Sudirman ke 8 Ilir (Ilir Timur II)," kata Rio saat diamankan di Mapolrestabes Palembang, Senin (11/5/2020).

Rio juga mengaku telah menyiapkan sebilah pisau dapur saat melancarkan aksinya itu.

Begitu tiba di tujuan di 8 Ilir, Rio mengaku langsung mengancam korban untuk menyerahkan sepeda motornya.

"Korban melawan, saya tusuk dua kali di punggung," kata Rio.

Setelah korban terkapar, Rio melarikan sepeda motor matic milik korban dan rencananya akan dijual.

Namun belum sempat menjual motor hasil curian, seminggu kemudian, Rio ditangkap petugas sat sedang berada di Pasar Cinde pada Senin (11/5/2020) pukul 01.00.

Kasatreskrim Polrestabes Palembang, AKBP Nuryono melalui Kanit Tekab 134, Iptu Tohirin mengatakan, saat akan ditangkap, tersangka berusaha melarikan diri dan melawan petugas, sehingga terpaksa terpaksa ditembak.

Menurut Tohirin, tersangka yang merupakan residivis kasus serupa, diamankan beserta barang bukti berupa satu unit sepeda motor matic milik korban.

"Tersangka ini beraksi seorang diri. Dia bawa senjata tajam dan melukai korban yang dibegalnya. Tentunya dijerat Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan. Ancaman hukumannya bisa 12 tahun penjara," terang Tohirin.

Diberitakan sebelumnya, ojek online (ojol) yang menjadi korban begal itu bernama Awan Dedy.

Ia mengalami beberapa luka tusuk akibat jadi korban begal saat nekat mengambil orderan diwaktu sahur, Senin (4/5/2020) sekitar pukul 04.00 WIB.

Tak hanya mengalami luka, korban juga harus merelakan motornya yang digunakan untuk mencari nafkah, raib dibawa kabur pelaku.

Hal ini jelas mengundang keprihatinan dari masyarakat.

Apalagi di tengah pandemi saat ini, ojol menjadi satu dari berbagai jenis pekerjaan yang terkena dampak dari melemahnya perekonomian akibat pandemi corona saat ini.

Akademisi Universitas Muhamadiyah Palembang, Martini Idris mengatakan ditengah perekonomian yang sedang melemah, para pelaku kejahatan biasanya akan cenderung lebih nekat dalam beraksi.

Bahkan kenekatan itu juga dibarengi dengan tindakan agresif yang bahkan sampai melukai korbannya.

"Untuk itu masyarakat harus lebih waspada. Termasuk juga para ojol, juga harus lebih selektif dan memfilter lagi setiap orderan yang diterima. Karena sistem kemitraannya yang lemah secara hukum. Untuk itu, mereka yang harus pintar dalam melindungi diri terhadap aksi kejahatan yang mengintainya," ujar Martini.

"Jadi misalnya, kalau memang ada orderan dari orang yang mencurigakan atau ada di titik rawan kejahatan, sebaiknya langsung dibatalkan saja. Tapi kalau masih diambil juga orderan itu, artinya ojolnya yang berani ambil resiko," imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan, ada berbagai faktor yang mempengaruhi adanya suatu tindak kejahatan.

Diantaranya kenakalan remaja, pendidikan dan faktor ekonomi.

Menurut Martini, para pelaku kejahatan juga tidak pandang bulu dalam menentukan korban dan tempat beraksi.

Jika dulu mentargetkan tempat sepi sebagai lokasi tempatnya beraksi, namun saat ini tempat ramai juga tak luput jadi lokasi bagi pelaku untuk mengeksekusi korbannya.

"Perlu diingat juga bahwa pelaku kejahatan biasanya menyasar orang yang mereka anggap lemah. Misalnya kaum perempuan atau orang yang sedang dalam keadaan sendirian," ujarnya.

Martini juga menyinggung soal banyaknya tahanan yang dibebaskan melalui program asimilasi, namun justru kembali berbuat kejahatan.

Ia menilai bahwa hal tersebut juga harus menjadi perhatian serius.

Sebab para tahanan tersebut dibebaskan dari tahanan justru ketika perekonomian sedang melemah.

"Hal inilah yang menyebabkan banyak diantara mereka tidak siap, baik mental maupun perekonomian. Sehingga banyak yang kembali berbuat kejahatan," ujarnya.

Untuk itu, Martini mengatakan bahwa seluruh masyarakat juga harus pandai bersikap dalam menghadapi pandemi yang berdampak pada berbagai sektor. Termasuk melemahnya perekonomian saat ini.

"Kita juga tidak bisa menyalahkan keadaan sekarang, sebab pandemi ini telah berdampak secara global. Tuntutan ekonomi menjadikan pelaku kejahatan nekat beraksi dan bahkan lebih agresif. Maka salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri adalah dengan meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved