Breaking News: Alami Banyak Luka, Pemuda di Palembang Diduga Korban Salah Tangkap oleh Oknum Polisi
Rensa tak sendirian, ia ditangkap bersama Lukman Hakim yang tak lain merupakan rekannya.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pemuda di Palembang, Rensa Saputra (22) diduga jadi korban salah tangkap oleh aparat kepolisian.
Ia sempat diamankan ke Mapolda Sumsel lantaran diduga jadi pelaku begal.
"Padahal saya sama sekali tidak tahu apa-apa," ujar Rensa saat ditemui di kediamannya di Jalan Tanjung Sari 1, RT 30 Kelurahan Bukit Sangkal Palembang, Senin (11/5/2020).
Saat ditemui Tribunsumsel.com, luka memar terlihat jelas dari wajah dan sekujur tubuh Rensa.
Kedua mata pemuda itu tampak biru dan sembab.
Tulang hidungnya pun patah.
Sebuah perban juga menutupi luka dibagian kepala atasnya.
"Sebenarnya luka di kepala saya ini harusnya dijahit. Tapi karena tidak ada biaya, jadi hanya ditutup pakai perban," ujar Rensa dengan suara terdengar lesu.
Rensa tak sendirian, ia ditangkap bersama Lukman Hakim yang tak lain merupakan rekannya.
Diketahui, kejadian tak terduga itu terjadi pada Minggu (10/5/2020) sekira pukul 04.00 WIB.
Rensa mengaku saat itu ia bersama Lukman tengah duduk persis di depan lorong depan rumahnya.
"Saat itu habis sahur. Saya keluar rumah untuk beli rokok. Ketemu sama Lukman dan kami ngobrol-ngobrol sebentar," ujarnya.
Disaat sedang asik bercerita, tiba-tiba mereka didatangi rombongan aparat kepolisian yang sedang mencari pelaku begal.
Salah seorang aparat kemudian bertanya kepada Rensa dan Lukman terkait pelaku begal yang sedang mereka cari.
Merasa tidak tahu apa-apa, Rensa dan Lukman menjawab tidak tahu.
"Tapi tiba-tiba ada salah seorang aparat yang langsung nuduh Lukman sebagai pelaku begal. Lihat kejadian itu, saya langsung bantah. Bukan pak, dia bukan begal tapi teman saya. Dari situ saya dikira temannya begal," ujarnya.
Ditengah kejadian tak terduga itu, tiba-tiba datang beberapa anggota ojol.
Rensa mengatakan, kehadiran beberapa ojol tersebut justru semakin memperkeruh suasana.
"Mereka seperti memprovokasi. Mereka bilang, iya pak mereka inilah begalnya. Disitu saya semakin terdesak," ujarnya.
Rensa bersama Lukman semakin terdesak disaat salah seorang aparat menunjukkan sebilah senjata tajam.
Mereka berdua diduga sebagai pemilik sajam tersebut.
"Tapi benar-benar kami tidak tahu, itu sajam siapa. Kami juga bingung," ujarnya.
Saat kejadian itulah Rensa mengaku mendapat pukulan dari aparat kepolisian dan ojol.
Beberapa warga sekitar dan bahkan orang tuanya yang sempat datang untuk membela, nyatanya juga tak bisa berbuat apa-apa.
"Waktu itu saya langsung dipukuli polisi dan ojol. Warga disini sempat membela kami, termasuk ayah saya. Tapi tidak membantu apa-apa, kami tetap dipukuli dan dibawa ke Polda," ujarnya.
Setibanya di Mapolda Sumsel, Rensa bersama Lukman sempat diinterogasi.
Lagi-lagi ia mengaku kembali mendapat tindakan tak menyenangkan berupa pukulan dari beberapa aparat kepolisian.
"Disitu kami dipaksa ngaku sebagai pemilik sajam. Tapi karena memang itu bukan kami. Dan memang kami dipukuli selama disana," ujarnya.
"Ada juga beberapa aparat yang coba menengahi kami. Tapi tetap saja, kami dipukuli," ujarnya.
Rensa bersama Lukman baru dipulangkan keesokan harinya. Tepatnya pada Minggu (10/5/2020) sekira pukul 10.00 WIB.
"Saya dibebaskan karena informasi yang didengar, pelaku begal yang sebenarnya sudah tertangkap. Jadi karena itu kami dibebaskan," ujarnya.
Atas kejadian yang menimpanya, Rensa dan pihak keluarga mengaku tak terima.
Orangtuanya juga sudah membuat laporan ke Mapolda Sumsel atas kejadian tersebut.
"Orang tua saya juga melapor ke Propam Polda. Kami tidak terima atas apa yang sudah saya alami," ujarnya.
Disclaimer : hingga berita ini diturunkan, Tribun Sumsel masih menunggu konfirmasi dari pihak terkait