Ini Tanggapan Dokter Soal Viral Curhatan Alat Kontrasepsi IUD Bengkok dan Berkarat, Harga Mahal

Sebuah curhatan seorang perempuan yang mengeluhkan IUD miliknya bengkok dan berkarat viral di media sosial.

https://www.instagram.com/mak_nyinyiir/
Viral Curhatan Perempuan soal Alat Kontrasepsi, Biaya Mahal Tidak Ada Jaminan 

TRIBUNNEWS.COM - Atas viralnya curhatan seorang perempuan tentang alat kontrasepsi Intra-Uterine Device (IUD), dokter spesialis kandungan, Huthia Andriyana, Sp OG, memberikan saran. 

Sebuah curhatan seorang perempuan yang mengeluhkan IUD miliknya bengkok dan berkarat viral di media sosial. 

Baru sekitar 1 tahun dipasang, harga IUD tersebut tergolong mahal.

Thia mengatakan, IUD sendiri bisa digunakan sekitar 5 hingga 8 tahun pemakaian.

Tentu dengan pengecekan rutin yang dilakukan minimal 1 tahun sekali atau ketika ada keluhan yang terjadi.

"Misal ada gangguan haid lebih banyak dari biasanya, nyeri haid, perdarahan diluar siklus haid, keputihan atau rasa tidak nyaman saat berhubungan badan," ucapnya kepada Tribunnews, Sabtu (9/5/2020).

Menanggapi IUD yang mahal itu tidak menjamin kualitasnya baik, Thia memberikan pandangannya.

Ia menilai pemasangan IUD tergantung masing-masing fasilitas kesehatannya.

"Kalau di puskesmas biasanya dengan bidan, kalau di RS biasanya dengan dokter spesialis kandungan," katanya.

Perempuan yang juga menjabat sebagai co-founder Klinik Bunda Sehat ini memberikan saran.

"Untuk memilih IUD yang baik, tentu sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungannya, memastikan expiration date-nya, kontrol teratur," tutupnya.

Sedangkan kejadian saat IUD bergeser posisinya disebut dislokasi IUD.

Posisi IUD yang benar berada di fundus atau puncak rahim, jika tidak terletak di fundus, maka bisa dikatakan terjadi dislokasi IUD.

"Di mana IUD bisa saja turun sampai ke mulut rahim, keluar rahim, atau keluar dengan sendirinya yang disebut ekspulsi spontan," kata Thia.

Thia melanjutkan, dislokasi IUD merupakan satu dari komplikasi penggunaan alat kontrasepsi IUD yang sebenarnya sangat jarang terjadi.

"Dimana angka kejadiannya hanya sekitar kurang dari 1 persen," tutupnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved