Pertamina Beri Diskon 30 Persen Pertamax, Harga di Palembang Belum Berubah
Pemotongan harga dilakukan oleh PT Pertamina , kendati tidak seutuhnya melakukan penurunan harga BBM.
Penulis: Hartati | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Harga minyak dunia belakang turun namun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipasarkan Pertamina melalui SPBU belum juga turun.
Hal inilah yang dikeluhkan masyarakat.
Mereka bertanya-tanya mengapa sebsbnya harga BBM belum juga menyesuaikan dengan harga minyak dunia saat ini.
"Tadi mengisi BBM Pertamax masih di harga Rp 9000, harga BBM memang tidak turun atau SPBUnya yang memang belum menyesuaiakan harga," ujar Wawan konsumen Pertamina, Jumat (1/5/2020).
Dilansir dari Kompas.com, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan mengapa harga BBM belum juga turun.
Dia mengatakan, dalam penentuan harga BBM, Pertamina menggunakan patokan harga minyak global dua bulan ke belakang.
Itu artinya untuk menentukan harga BBM pada bulan April, Pertamina menggunakan patokan harga minyak di bulan Februari.
Menurut dia, harga minyak dunia di bulan Februari masih tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, merujuk harga crude oil WTI futures bulan Februari rata-rata masih di kisaran 50 dollar AS per mmbtu.
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan, dalam menetapkan harga jual BBM dalam satu bulan menggunakan acuan rata-rata hargaMean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus periode tanggal 25 pada dua bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24 satu bulan sebelumnya.
Menurut Nicke, sejatinya ada anomali harga MOPS dan Argus.
“Harga dua acuan minyak tersebut lebih rendah dari minyak mentah,” jelas Nicke.
Dengan kondisi seperti itu, kata Nicke, Pertamina bisa saja membeli langsung BBM di pasar global dan menutup semua kilang-kilangnya karena lebih murah membeli BBM ketimbang minyak mentah.
Namun hal itu tidak dilakukan karena jika dilakukan maka efeknya di hulu juga akan menimbulkan masalah baru terkait pekerja di kilang, kontarka kerjasama hingga aspek lainnya.
Pertamina juga mengatakan mereka harus tetap mengeluarkan biaya besar meski harga minyak dunia anjlok karena harus dibayar dengan dolar karena nilai tukar rupiah terkoreksi oleh Dollar Amerika.