Cerita Mantan Napi di Penjara Korea Utara Beberkan Teknik Siksaan Merpati, 'Saya Lebih Baik Mati'
Mungkin kebanyakan rakyat Korea Utara ingin melarikan diri dari negara itu karena semua gerak-gerik dan hak mereka diatur oleh negara.Namun, tentu s
Selain berakhir dieksekusi mati, ada yang hidup tersiksa dan dipaksa melakukan pekerjaan berat hingga akhirnya mati karena tersiksa di Korea Utara.
Misalnya kisah Jeong Kwang-il, seorang pria Korea Utara yang berdagang dengan Korea Selatan dan Tiongkok.
Dia disiksa dengan harapan memberikan pengakuan, dipukuli sangat parah hingga semua giginya parah dan bahkan kepalanya dibuat menderita luka permanen.
Jeong juga disiksa dengan teknik "siksaan merpati" di mana tangannya diborgol di belakang tubuhnya digantung dengan borgol sedang kakinya menggantung di tanah.

Dalam posisi tersebut, Jeong terus dibombardir dengan siksaan selama berhari-hari.
"Sangat menyakitkan, saya lebih baik mati, daripada mengakui kejahatan yang tidak pernah saya lakukan," katanya dikutip dari NY Daily News.
Selama 10 bulan Jeong mendapatkan siksaan.
Dia dikirim ke Yodok, salah satu penjara terbesar di Korea Utara yang menampung sekitar 50.000 tahanan.
Dalam gerbang penjara itu, ada tulisan yang berbunyi, "Mari kita korbankan hidup kita untuk melindungi kepemimpinan revolusioner dari pemimpin yang terhormat, Kim Jong-Il (ayah Kim Jong-Un)."
Banyak orang yang telah mati di kamp tersebut.
Para tahanan dibangunkan pada pukul 05.00 pagi, kemudian diberi semangkuk nasi, kacang dan jagung lalu dipaksa bekerja.
Pada musim semi, para tahanan dituntut menuju ke sebuah ladang yang jaraknya sangat jauh, setiap hari atau diberi makan sedikit.
Pada musim dingin, para tahanan harus memotong kayu-kayu besar yang panjangnya lebih dari 4 meter dan membawanya sepanjang 3 kilometer.
Banyak orang yang mati karena kecelakaan, dan hampir sebagian besar mati kelaparan karena tidak bisa bekerja.
Sedangkan Jeong tetap dipenjara selama 3 tahun sampai seorang penjaga senior memutuskan bahwa dia tidak bersalah.
Kemudian setelah dibebaskan dia memilih pergi dari rumahnya bersama keluarganya dan melarikan diri ke Korea Selatan.
Afif Khoirul M