Corona di Sumsel
Beda Data, Pusat Rilis 21 Kasus Positif Corona di Sumsel Tapi Satgas Sumsel Sebut Baru 18 Kasus
Ada perbedaan data yang mencolok kasus positif corona di Sumsel antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ada perbedaan data yang mencolok kasus positif corona di Sumsel antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada Jumat (10/4/2020)
Seperti diketahui dari data covid19.go.id, ada 21 kasus positif corona yang terkonfirmasi, 1 sembuh dan 2 meninggal.
Namun, menurut data Satgas Covid-19 Sumsel, kasus positif di Sumsel baru terdata 18 kasus.
Jumat (10/4/2020) yang terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah empat orang, sehingga total yang positif Covid-19 di Sumsel menjadi 21 orang.
"Berdasarkan pengumuman dari pusat yang terkonfirmasi penambahan positif Covid-19 di Sumsel ada empat orang, namun yang kita terima konfirmasinya baru satu orang. Jadi total 18 orang," kata Juru Bicara Covid-19 di Sumsel Yusri, SKM MKM saat press conference.
• Alasan Gubernur Gorontalo Sumbangkan Gaji ke Rakyat Hingga Akhir Jabatan 2022
• BREAKING NEWS : Pasien ke 18 yang Positif Corona Warga Prabumulih, Ini Update Data Sumsel
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa ia tidak memungkiri bahwa data yang diumumkan ada empat orang penambahan positif Covid-19,
namun untuk data yang sudah dikroscek baru satu orang dan yang tiga orang lagi masih di kroscek. Untuk tiga positif kasus 19-21 akan diumumkan besok.

Sementara itu untuk total sampel yang diperiksa ada 190, yang positif Covid-19 ada 18, dan yang negatif ada 72 orang dan yang masih dalam proses 64 sampel.
Lalu untuk total orang dalam pemantauan (ODP) ada 1954, yang sudah selesai 1161 dan yang masih dalam proses pemantauan 793 ODP.
Kemudian total pasien dalam pengawasan (PDP) ada 60, yang negatif 40 dan sudah pulang 41. Sedangkan yang masih dirawat ada 11 orang, dan hari ini ada penambahan PDP baru empat orang. Lalu isolasi mandiri ada 8 orang.
Terjadi di Banyak Daerah
Dikutip dari Tribunpapua, Juru bicara pemerintah penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto memberikan tanggapan terkait adanya perbedaan data kasus Covid-19 antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Dengan adanya perbedaan data kasus Virus Corona tentu menjadi pertanyaan besar, data mana yang benar dan akurat.
Terlebih perbedaan data tersebut bisa sampai puluhan kasus.
Dalam acara 'Prime Talk' yang tayang di Youtube Metrotvnews, Senin (6/4/2020), dicontohkan untuk empat daerah yang terdapat perbedaan data Virus Corona.
Menanggapi hal tersebut, Yurianto mengatakan adanya perbedaan diakibatkan karena pemerintah daerah mempunyai dua data Virus Corona.
Dirinya menjelaskan dua data tersebut merupakan hasil rapid test dan hasil pemeriksaan kedua melalui VCR atau yang biasa disebut tes swab.
Sedangkan untuk pemerintah pusat dikatakan hanya menerima data positif yang sudah terkonfirmasi melalui pemeriksaan kedua, yaitu tes swab.
Data tersebutlah yang kemudian dirilis setiap harinya melalui konferensi pers.
"Ini kan terkait dengan interpretasi data, di daerah itu ada dua data, satu data adalah hasil dari tracing yang berbasis pada rapid test, yang merupakan pemeriksaan anti body yang sebenarnya ini digunakan sebagai guidance untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yang kita sebut sebagai konfirmasi positif dengan pemeriksaan VCR," ujar Yurianto.
"Dua data ini adalah dua data yang berbeda, pusat hanya merilis kasus konfermasi positif, meskipun kami juga mempunyai datanya, tapi yang kami rilis kasus konfirmasi positf," jelasnya.
"Karena ini sesuai dengan data yang kemudian kita rilis ke WHO," ungkap Yurianto.
Dirinya mengaku juga mempunyai data hasil rapid test, namun diakui memang tidak dirilis.
Menurut Yurianto, kedua data tersebut jelas berbeda.
Yurianto lalu menjelaskan jika data positif rapid test merupakan data awal yang kemudian digunakan sebagai acuan untuk dilakukan pemeriksaan kedua yaitu tes swab.
Jadi hasil positif dari rapid test belum tentu orang tersebut terpapar Covid-19.
"Kami tidak melakukan rilis untuk data yang berasal dari rapid," tegasnya.
"Dua data itu terpisah, mereka mengatakan data positif rapid dan data positif VCR, tetapi sayangnya sampai di Jakarta ada beberapa pihak yang menjumlahkan sebagai satu data, ya pasti beda lah," kata Yurianto.
"Saya tidak pernah merilis positif rapid test," pungkasnya.