Remehkan Aturan Corona, Pria Ini Dikabarkan Ditembak Mati, Belum Lama Diperingatkan Duterte
"Tersangka telah diperingatkan oleh petugas kesehatan desa ... karena tidak mengenakan masker,"
"Tanpa pembatasan ini, ini tidak akan berakhir," katanya. "Jadi, jika Anda tidak mau mengikuti, maka saya akan menghabisi Anda untuk melindungi nyawa orang tak bersalah yang tidak ingin mati."
Di sisi lain, Amnesty International menyesalkan fakta bahwa para pemimpin kuat di seluruh dunia seperti Duterte telah menggunakan wabah virus corona untuk lebih jauh melumpuhkan kritik dan perbedaan pendapat.
"Ini adalah krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi Presiden Duterte fokus pada menyerang kebebasan berbicara dan berkumpul," kata Butch Olano, Direktur Amnesty International di Filipina.
"Dia (Duterte) meremehkan permintaan bangsanya untuk layanan yang lebih baik ketika prioritasnya (seharusnya) adalah memenuhi kewajibannya untuk menyediakan layanan kesehatan dan bantuan vital bagi semua orang tanpa diskriminasi," tambahnya.
Meski begitu, pemerintah Filipina telah mulai mendistribusikan bantuan tunai kepada keluarga miskin dan pekerja yang terkena dampak lockdown dengan paket bantuan perbaikan sebanyak 4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 65 triliun.
Namun, selalu ada keluhan terkait keterlambatan pengiriman bantuan khususnya pengiriman paket makanan.
Sementara itu, pada Rabu (1/4/2020), keributan terjadi di pinggiran Manila ketika sekelompok penduduk daerah kumuh berkumpul di luar rumah mereka karena mendengar desas-desus bahwa sumbangan akan didistribusikan.
Petugas keamanan desa dan polisi mendesak warga untuk kembali ke rumah mereka, tetapi mereka menolak.
Dua puluh satu warga ditangkap dan berbagai tuntutan pidana telah diajukan terhadap mereka.
Tanpa Ampun, Presiden Filipina Perintahkan Militer Tembak Mati Perusuh Lockdown Virus Corona
Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara tegas memerintahkan polisi untuk menembak mati terhadap siapa pun orang yang membuat rusuh selama masa lockdown virus corona.
Kini, ada sekitar setengah dari negara berpopulasi 110 juta itu tengah menjalani dikarantina.
Hal tersebut berdampak pada jutaan rakyat miskin yang kehilangan mata pencahariannya.
Beberapa jam sebelum Duterte memberikan perintah tembak itu, sekitar 20 orang dari permukiman kumuh Manila ditangkap polisi.
Mereka menggelar aksi protes dengan menuduh pemerintah Filipina gagal menyediakan bantuan bagi kalangan miskin.