Amerika Tertinggi Positif Covid-19, Intelijen Israel Pernah Singgung Senjata Biologis
Jauh sebelum Amerika Serikat menjadi negara yang terbanyak terinfeksi virus corona seorang intelijen pernah menyebut covid-19 merupakan senjata bioloi
TRIBUNSUMSEL.COM - Jauh sebelum Amerika Serikat menjadi negara yang terbanyak terinfeksi virus corona, seorang intelijen pernah menyebut covid-19 merupakan senjata biologi.
Amerika Serikat kini Jumat (27/3/2020) memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, yakni 85.594, berdasarkan worldometers.info.
Angka ini jauh melampaui China sekitar 3.000an kasus dan juga Italia sebanyak 5.000an kasus aktif.
Kasus-kasus baru di AS mengalami lonjakan signifikan pada Kamis lalu.
Virus corona yang berasal dari China memberi dampak kecemasan bagi seluruh dunia.
Pasalnya, virus corona yang kini telah menyebar ke beberapa negara masih belum ada vaksinnya.
Dikutip dari Grid.hot sebelumnya, ada dugaan dari ilmuan dan intelejen Israel yang menyatakan bahwa wabah corona ini disebabkan karena kegagalan pembuatan senjata biologi.
Hal ini pun menjadian sebuah polemik dan mengundang kecurigaan publik.
Setelah virus corona merebak di awal tahun 2020, banyak dugaan tentang sumber virus ini, yang di antaranya sebagai senjata biologis China yang tak sengaja tersebar.
Seorang analis perang biologis Israel menyebut, virus corona itu disebut merupakan senjata biologis buatan China yang lari dari sebuah laboratorium.
"Laboratorium tertentu di institut ini mungkin telah terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan senjata biologis China, setidaknya secara jaminan, namun bukan sebagai fasilitas utama penyelarasan BW China," ujar Shoham sepreti dikutip The Washington Times.
Menurut laporan The Base Lab, Kamis (26/3/2020), negeri paman sam sudah mencatat 68.581 kasus corona.
Sementara itu, jumlah kematiannya juga cukup tinggi yakni 1.036 dengan angka kesembuhan 428.
Melansir CNN, tingkat kasus per-wilayah tidak sama karena adanya perbedaan populasi di negara itu.
Pada Kamis malam, Amerika Serikat memiliki setidaknya 82.100 kasus sementara Cina melaporkan 81.782 kasus.