Olimpiade 2020

Olimpiade 2020 Tokyo yang Bakal Digelar Tepat Waktu di Tengah Wabah COVID-19, Dikecam Anggota IOC

Olimpiade 2020 Tokyo yang Bakal Digelar Tepat Waktu di Tengah Wabah COVID-19, Dikecam Anggota IOC

Editor: Slamet Teguh
Bolasports
Logo Olimpiade Tokyo 2020 

Olimpiade 2020 Tokyo yang Bakal Digelar Tepat Waktu di Tengah Wabah COVID-19, Dikecam Anggota IOC

TRIBUNSUMSEL.COM - Penyebaran kasus virus corona masih terjadi dipenjuru dunia.

Meski begitu, ajang olahraga multi even, Olimpiade rencananya bakal digelar seusai jadwal.

Ajang Olimpiade 2020 kali ini, bakal digelar di Tokyo, Jepang sebagai tuan rumah.

Namun, rencana panitia pelaksana Olimpiade 2020 Tokyo untuk tetap melanjutkan pesta olahraga sejagat tersebut sesuai jadwal di tengah wabah pandemi covid-19 atau virus corona menuai kecaman anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Sebelumnya, pihak IOC dan panitia pelaksana mengatakan mereka masih mengusahakan agar Olimpiade 2020 bisa terlaksana sesuai jadwal.

Pesepakbola Positif Virus Corona Jadi 31 Orang, Para Pemain Aktif dan Insan Sepakbola, 1 Meninggal

Alami Kasus COVID-19 Terparah di Eropa, Kondisi Italia Mengerikan, Ambulans Lewat Setiap Hari

Kondisi Cristiano Ronaldo Usai Terkena Gempa Bumi Berkekuatan 5,2 SR, Gempa Pertama Dalam 12 Tahun

Olimpiade 2020 seharusnya bergulir pada 24 Juli-9 Agustus di Tokyo, Jepang.

Namun, muncul kekhawatiran bahwa ajang empat tahunan itu bisa ditunda atau batal menyusul wabah virus corona.

Pernyataan IOC tersebut membuahkan kecaman dari salah satu anggotanya sendiri, yaitu Hayley Wickenheiser.

Dikutip BolaSport.com dari Japan Times, Wickenheiser menyebut rencana untuk tetap menyelenggarakan Olimpiade sebagai hal tak bertanggung jawab dan tak sensitif.

"Krisis karena wabah virus corona lebih besar daripada Olimpiade. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi ada 24 jam ke depan, apalagi dalam waktu tiga bulan," ucap Wickenheiser.

Sosok yang juga merupakan mantan atlet hoki es Kanada tersebut mengingatkan IOC bahwa pandemi virus corona telah membawa efek samping untuk para atlet yang bersiap mengikuti Olimpiade.

Salah satu efek negatif tersebut adalah pembatasan akses ke fasilitas latihan, serta pembatalan turnamen yang seharusnya bisa menjadi ajang untuk mendulang poin kualifikasi.

"Dari sudut pandang olahragawan, saya bisa berempati membayangkan betapa cemas dan sedihnya para atlet saat ini," ucap Wickenheiser.

"Ketidakpastian soal lokasi Anda akan berlatih esok hari karena fasilitas latihan ditutup dan turnamen batal akan terasa sangat buruk ketika Anda sudah berlatih lama demi Olimpiade," tuturnya melanjutkan.

Wickenheiser menilai IOC melakukan hal gegabah jika ngotot Olimpiade tetap berlanjut.

"Atlet tidak bisa berlatih dan tidak bisa melakukan rencana perjalanan. Sponsor tidak bisa berjualan karena situasi sensitif," kata dia.

"Jika IOC tetap melanjutkan Olimpiade, menurut saya mereka tidak sensitif dan ceroboh, jika mengacu ke situasi kemanusiaan saat ini," ujar Wickenheiser.

Wickenheiser meminta IOC memperhitungkan segala risiko jika ingin meneruskan rencana mereka.

"Haruskah Olimpiade dibatalkan? Tak ada yang tahu. Itu maksud saya. Mengatakan Olimpiade harus berlanjut sangat tidak adil untuk para atlet dan populasi global. Kita harus memperhitungkan hal-hal di luar dugaan," kata dia lagi.

Pantauan BolaSport.com dari situs worldometers.info, Rabu (18/3/2020), sudah ditemukan 198.712 kasus positif virus corona di seluruh dunia.

Dari angka ini, sebanyak 7.989 orang meninggal dunia dan 82.779 pasien dinyatakan pulih.

Sumber: BolaSport.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved