Ibu Bunuh Anaknya yang Berusia 3 Bulan Dengan Cara Ditenggelamkan, Alami Baby Blues Syndrome
Seorang ibu muda tega membunuh anaknya dengan cara menenggelamkan si buah hati. Ibu yang membunuh tersebut diduga mengidap baby blues syndrome.
Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan menangis tiada henti.
Semua cara sudah dikerahkan, tapi si kecil tetap saja menangis.
Alhasil, ibu ikut-ikutan sedih bahkan menangis.
Rasa kecewa atau kesal bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Mudah Marah, Tersinggung, dan Lebih Sensitif
Kala melihat bayi sering menangis bahkan mengalami muntah, misalnya, dan sebagainya, ibu secara tak sadar malah memarahi atau membentak si kecil.
Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa istrinya jadi sensitif dan mudah tersinggung.
Sang ibu jadi tambah kesal karena suami tak berusaha membantu menyelesaikan problem yang dihadapinya.
Intinya, ibu menjadi tidak sabar, mudah marah, dan mudah terpancing emosinya.
Merasa Terasing, Bersalah, dan Malu
Selama berada di RS, begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat, teman dan lainnya. Namun, begitu pulang ke rumah, kondisi bisa berubah 180 derajat.
Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus mengurus bayi lebih intens dari siapa pun.
Masalah bisa makin bertumpuk tatkala ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi.
Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap dalam bentuk aneka kerepotan.
Akibatnya, ibu merasa terasing.
Belum lagi bila orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman. Hal-hal semacam ini gampang membuat ibu semakin bingung.
Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus malu bila dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com