Cerita Sukses Lutfia dari Jualan Emperan di Kambang Iwak Kini Punya Toko di Mal

Sesuatu yang besar memang berawal dari hal kecil. Pepatah ini rasanya cocok disematkan pada ketekunan Lutfia Fataty

Editor: Prawira Maulana
ISTIMEWA
Lutfia Fataty bersama sang suami. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sesuatu yang besar memang berawal dari hal kecil. Pepatah ini rasanya cocok disematkan pada ketekunan Lutfia Fataty dalam membesarkan bisnis produksi dan penjualan aksesori dari mutiara asli dengan nama Pyo Jewelry.

Awalnya pada 2015 lalu usai berhenti bekerja dari perusahaan perbankan dia mulai memasarkan berbagai produknya di Kambang Iwak saban akhir pekan.

Setelah itu pada tahun 2016 perempuan kelahiran 31 Maret 1988 ini memberanikan diri menyewa stand bazar di mal dan berkeliling ke berbagai mal di Palembang. Buah keseriusannya berbinis mulai bisa dipetik lebih banyak saat akhirnya pada November 2018 dia meresmikan tokonya di Palembang Trade Center (PTC). Omzet yang didapat Lutfia dalam setahun pun mencapai Rp500 juta.

"Dari sini juga pada tahun 2019 akhir saya rebranding bisnis. Awalnya namanya Pyo Mutiaraqu di-rbranding menjadi Pyo Jewelry," katanya, Rabu (12/2/2020).

Pyo Jewelry mengusung koleksi perhiasan-perhiasan has kerajinan (handmade )dengan bahan baku yang berasal dari beberapa wilayah timur Indonesia. Khusus untuk beberapa produk bahan bijiannya (mutiara) berasal dari Jepang.

Beragam produk Pyo Jewelry diproduksi langsung di workshop yang berlokasi di Jl. Letnan Mukmin, Gang Melati, Kota Palembang.

Produk Pyo Jewelry dibagi menjadi dengan dua kategori yaitu Heritage jewelry dan Contemporer jewelry.

Heritage Jewelry merupakan perhiasan antik atau replika perhiasan peninggalan kebudayaan nusantara seperti peninggalan Sriwijaya pending, kalung anak ayam, kalung tapak jajo. Koleksi aksesori ini dapat dikenakan oleh berbagai kalangan dengan tetap menceritakan filosofi dari masing-masing produk sehingga kita tidak melupakan sejarah Indonesia.

Kemudian untuk Contemporer jewelry terdiri dari perhiasan-perhiasan seperti kalung, gelang, anting dan lainnya yang terbuat dari bahan baku batu-batu alam khas Sumatra Selatan, koral laut dan sebagainya.

Produk batu-batuan ini kemudian dibingkai dengan desain masa kini yanglebih mengikuti zaman dan eksklusif. Koleksi-koleksi perhiasan dan aksesoris terbuat dari bahan baku mutiara asli.

"Pencinta aksesori dan perhiasan mutiara bisa memilih produk favoritnya, mau yang bergaya tradisional atau yang terbaru yang sedang menjadi tren," ujar Lutfia.

Untuk pemasaran produk selain retail di toko fisik di PTC, Lutfia juga memfokuskan penjualan daring lewat akun instagram @pyo_jewelry. Selain toko dan Instagram, beberapa kali juga Lutfia mengikuti kegiatan pameran di yang digelar oleh pemerintah lokal Sumsel dan pameran di Jakarta.

"Dari instagram pesanan datang dari beberapa wilayah kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai negara tetangga yang serumpun seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura," ujar Lutfia.

Meskipun bisnisnya mulai menanjak naik, Lutfia pun harus menghadapi kendala susahnya mencari karyawan yang telaten dengan kerajinan tangan.

Padahal, untuk memproduksi produk perhiasan dan aksesori mutiara membutuhkan tidak hanya kemampuan (skill) saja namun juga ketelitian.

"Saya meyakini kendala ini bisa dihadapi. Setiap bisinis pasti memiliki tantangannya masing-masing. Saya yakin ini sebuah proses yang akan membuat bisnis semakin berkembang." jelasnya.(Adv/mg3)

  

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved