Video Warga China Dikurung di Rumah, Diduga Terinfeksi Virus Corona dan Dibiarkan Mati Kelaparan
Tapi pemandangan yang sangat pilu justru terlihat dari video nasib keluarga yang terkena virus corona.
Kasus kedua ditemukan pada September 2012, seorang pria berusia 49 tahun yang tinggal di Qatar mengalami gejala flu yang serupa, dan urutan virus hampir identik dengan kasus pertama.
Pada November 2012, kasus serupa muncul di Qatar dan Arab Saudi.
Awal Penemuan
Masih mengutip The Guardian, penemuan Ali ini bermula pada pertengahan Juni 2012, saat itu Ali Mohamed Zaki, yang bekerja sebagai ahli virus di Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, menerima telepon dari seorang dokter yang khawatir tentang seorang pasien.
Pasien tersebut adalah seorang pria berusia 60 tahun, dan telah dirawat di rumah sakit karena pneumonia virus yang parah dan dokter ingin Zaki mengidentifikasi virus itu.
Selanjutnya, Zaki mengirim sampel ke laboratorium virologi terkemuka di Erasmus Medical Centre di Rotterdam. Sambil menunggu tim Belanda memeriksa virus yang tengah ditelitinya itu.
Zaki mencoba satu tes lagi. Kali ini ia mendapat hasil positif, bahwa ini coronavirus yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Sepekan kemudian, Zaki kembali ke Mesir, kampung halamannya. Dia mendapati kontraknya terhenti karena desakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
"Mereka tidak suka ini (virus) muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada The Guardian, pada 2013.
"Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," ujar dia.
Betapa seriusnya masalah tersebut saat itu. Sementara Zaki telah bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien telah menurun.
Pneumonianya memburuk; napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal. Terlepas dari semua obat-obatan dan dialisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu meninggal 11 hari setelah ia tiba di rumah sakit.
Jenis-jenis Virus Corona
Sementara itu, mengutip Kompas.com, Salah satu dokter spesialis Mikrobiologi Klinik dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, dr. R. Ludhang Pradipta R., M. Biotech, Sp.MK mengungkapkan, virus 2019-nCov saat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bahaya yang ditimbulkan.
"Sejauh ini untuk yang nCoV masih belum bisa dipastikan apakah ini berbahaya atau tidak, masih dalam penelitian lebih lanjut," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (26/1/2020).