Perjuangan Ratusan Siswa SMAN 1 Ulu Musi Empat Lawang Demi sekolah, Hampir Setahun Jembatan Putus
Setiap harinya perjuangan yang tak mudah harus dirasakan ratusan siswa SMAN 1 Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Setiap harinya perjuangan yang tak mudah harus dirasakan ratusan siswa SMAN 1 Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan untuk bisa sampai ke tempat sekolah mereka berada.
Sudah hampir satu tahun, jembatan yang menjadi akses untuk bisa sampai ke bangunan sekolah ini putus.
Tepatnya ketika banjir bandang melanda Desa Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan pada 27 April 2019 lalu.
"Sejak saat itu, akses jalan untuk menuju ke sekolah kami jadi lebih sulit,"ujar Pembina OSIS SMAN 1 Ulu Musi, Ririn Handayani, Jumat (17/1/2020).
Ririn menuturkan, tak hanya merendam beberapa rumah warga, bencana itu juga mengakibatkan putusnya jembatan ponton yang menghubungkan Kecamatan Ulu Musi ke Kecamatan Pasemah Air Keruh.
Padahal jembatan itu merupakan titik akses mobilisasi warga untuk bisa sampai ke wilayah seberang sungai. Termasuk bagi para pelajar di SMAN 1 Ulu Musi.
"Butuh perjuangan sekali bagi kami untuk bisa sampai ke sekolah," ujarnya.
Setelah bencana tersebut, sudah ada beberapa upaya
sementara yang telah dilakukan oleh warga sekitar untuk membantu akses mobilisasi orang-orang yang hendak pergi lalu lalang menyeberang sungai.
Yakni dengan membuat sebuah rakit yang berbahan alakadarnya seperti papan, bambu dan ban.
Rakit itu beroperasi masih menggunakan tenaga manual yaitu dengan menarik tali dari tepian menuju seberang.
"Kekuatan rakit itu juga terbatas. Hanya bisa mengangkut 10 sampai 20 orang dan beberapa motor saja. Selain itu menaikinya harus bayar, Rp.10 ribu per orang," ucapnya.
Adapula alternatif lain yang bisa digunakan untuk bisa sampai ke sekolah. Yaitu dengan menggunakan jembatan gantung.
Namun butuh perjuangan ekstra untuk bisa sampai kesana. Sebab harus melewati kebun-kebun warga yang jaraknya cukup jauh untuk sampai ke sekolah.
Tak cukup sampai disitu, kebun-kebun yang dilalui tersebut masih merupakan bagian dari tanah jalan setapak.
Sehingga becek dan lumpur yang begitu menghambat, khususnya di musim penghujan seperti saat ini menjadi rintangan lagi bagi yang melintas disana.