Heboh Ikan Berloncatan di Perairan Gorontalo Diyakini Pertanda Gempa Besar, Begini Penjelasan BMKG
Tingkah laku hewan biasanya menjadi pertanda potensi bencana alam yang akan terjadi.Seperti ikan-ikan di laut yang terdampar di pantai
Dalam fenomena upwelling biasanya kemunculan ikannya banyak, hingga ada segerombolan ikan sampai ke pantai.
"Selain itu, masih ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke pantai, seperti mengikuti dinamika arus laut," ujar Daryono.

Sebelumnya, ada pula jenis ikan oarfish yang diprediksi memiliki kaitan dengan potensi bencana alam.
Namun itu bukan satu-satunya, karena beberapa hewan lainnya baik yang hidup di alam liar maupun di kebun binatang sekalipun, disebut memiliki insting yang lebih kuat dibanding manusia.
Bahkan, kekuatan insting hewan telah terbukti sejak 373 SM dalam manuskip sejarah Helike yang merupakan kota pada masa Yunani Kuno.
Dalam manuskrip itu disebutkan bahwa pada musim dingin tahun 373 SM, "Semua tikus dan ular dan serangga dan lipan dan semua hewan di kota tersebut pergi menjauh. Setelah hewan-hewan itu pergi, gempa besar mengguncang Helike pada malam hari. Kota pun terbelah, tenggelam, dan Helike pun menghilang."
Contoh lain adalah pada Februari 1975. Gempa bermagnitudo 7,3 mengguncang Haicheng, kota berpenduduk satu juta jiwa di Provinsi Liaoning, China.
Satu hari sebelumnya, pemerintah kota tersebut mengevakuasi penduduk berdasarkan perilaku aneh hewan-hewan.
Salah satunya, ketika ular yang sedang hibernasi tiba-tiba meninggalkan sarangnya. Evakuasi tersebut berhasil menyelamatkan ribuan nyawa.
Apa yang bisa dideteksi hewan?
Sejauh ini, belum ada teori pasti yang menyebutkan bahwa hewan bisa memprediksikan bencana alam. Sejauh ini hanya ada hipotesis berdasarkan kejadian masa lampau.
Namun, hipotesis tersebut belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
"Ini (perilaku aneh hewan) bukanlah cara untuk memprediksikan gempa. Perilaku hewan hanya menjadi cara untuk memberitahu bahwa Bumi sedang bergerak, dan mungkin saja ada gempa atau longsor atau bencana lain yang mengikuti setelahnya," tutur peneliti dari University of Virginia, Catherine Dukes. (*)