Berita Viral
Viral, Fenomena Awan Berbentuk Gelombang Tsunami di Selayar, Ini Penjelasan dari BMKG
Viral, Fenomena Awan Berbentuk Gelombang Tsunami di Selayar, Ini Penjelasan dari BMKG
Kemunculan ikan 'Oarfish' diyakini sebagai pertanda gempa dan tsunami.
Lantas bagaimana menurut Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)?
Melansir dari Tribunnews.com, Prakirawan BMKG, Rizki mengatakan fenomena awan berbentuk gelombang tsunami biasa terjadi saat musim hujan.
Menurut dia, fenomena itu disebut awan kumulonimbus, yakni berkumpulnya awan itu menandai potensi hujan lebat di daerah tersebut.
"Itu biasa disebut fenomena awan kumulonimbus memang biasa terjadi saat memasuki musim hujan. Itu yang menyebabkan berpotensi hujan sedang sampai lebat," kata Rizki.
Lebih lanjut Rizki mengatakan fenomena awan kumulonimbus biasanya cenderung disertai dengan angin kencang di atas 25 kilometer per jam.
Olehnya BMKG meminta masyarakat tetap waspada terhadap fenomena awan kumulonimbus ini. "Biasanya terjadi hujan lebat disertai angin kencangnya jadi masyarakat harus tetap waspada," tandasnya.
Sedangkan soal ikan 'Oarfish' melansir dari Tribunsumsel.com, Daryono Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Senin (10/12/2019) menegaskan, kemunculan ikan oarfish yang notabene ikan laut dalam ke permukaan bukanlah pertanda gempa besar dan tsunami.
"Hasil kajian statistik terbaru mengungkap bahwa jenis ikan laut dalam seperti oarfish yang muncul di perairan dangkal tidak berarti bahwa gempa akan segera terjadi," katanya.
Namun, tak dipungkiri bahwa sejak dulu masyarakat di Jepang sudah ada legenda bahwa oarfish konon sebagai pembawa pesan dari dasar laut.
Mereka mengaitkan perilaku binatang yang tidak lazim dengan pertanda akan terjadi gempa kuat.
"Tampaknya tanpa ada penelitian ilmiah, maka tidak akan pernah diketahui apakah cerita rakyat tersebut fakta atau hanya legenda saja," katanya.
Dia juga menegaskan, majalah ilmiah bergengsi Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA) pernah mempublikasikan fenomena kemunculan ikan laut dalam, dan kaitannya dengan peristiwa gempa besar.
Hasil kajian ini ternyata bertentangan dengan cerita rakyat yang berkembang Jepang.
"Berdasarkan tersebut sudah pasti bukanlah pertanda gempa dan tsunami," pungkasnya.
