Bus Sriwijaya Masuk Jurang di Pagaralam
4 Kali Pamit Pada Ibu Sebelum Berangkat Sopiri Bus Sriwijaya, Kisah Ferri 15 Tahun Jadi Sopir
Kecelakaan maut dialami Bus Sriwijaya di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kecelakaan maut dialami Bus Sriwijaya di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (24/12/2019).
Sampai Rabu (25/12) pukul 12.00, terdata 31 orang meninggal dunia, 13 orang selamat dan 10 orang masih belum ditemukan.
Ferri Afrizal (35) menjadi satu korban tewas dalam kecelakaan tersebut.
Ia merupakan sopir yang membawa bus nahas tersebut.
(Data Korban di Halaman Selanjutnya)
Ayah kandung Ferri, Jalaluddin (55) mengatakan anaknya tersebut pamit dari rumah untuk bekerja mengemudikan bus pulang pergi Palembang-Bengkulu pada Minggu (22/12/2019) lalu.
Meskipun menunjukkan gelagat berbeda dari biasanya, namun keluarga meyakini benar bahwa ketika itu Ferri pergi bekerja dalam keadaan sehat.
"Anehnya cuma karena dia pamit sampai empat kali sama ibunya. Biasanya kan cuma sekali. Tapi kalau untuk kondisi fisik, keadaan dia sehat sekali. Tidak ada sakit apapun," ujar Jalaluddin saat ditemui di rumah duka di jalan Sematang borang Sako RT 007 RW 010 Perumahan Yasera Damai Kelurahan Sako Borang Palembang, Rabu (25/12/2019).
Ferri merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Dikatakan Jalaluddin, selama hidupnya Ferri tidak memiliki riwayat penyakit parah.
Sekitar lima belas tahun ia sudah menjalani pekerjaan sebagai seorang sopir bus maupun truk yang kerap kali bepergian keluar kota.
"Memang dia kerjanya sopir. Sering juga keluar kota. Pernah beberapa kali pindah perusahaan juga. Ini saja sebenernya sudah mau pindah. Waktu itu melamar pekerjaan dan rencananya awal tahun baru akan kerja di tempat yang baru," ujarnya.
Namun belum sempat hal itu terlaksana, Ferri justru mengalami kecelakaan dan akhirnya tewas di lokasi kejadian.
Jalaluddin berujar bahwa kejadian ini merupakan musibah yang harus mereka terima dengan lapang dada.
"Kami cuma bisa ikhlas dengan musibah ini. Ini adalah jalan ajal bagi anak kami dan hanya berdoa yang bisa kami lakukan untuk memenangkan perasaan ini sekarang,"ujarnya.