Kondisi Terkini Bocah 5 tahun di Palembang yang Positif HIV, Tetap Ceria Meski Sulit Bicara

Tubuhnya terlihat segar dan berisi. D juga terlihat aktif berlari kesana-kemari dengan begitu riangnya seraya menyapa setiap orang yang ia temui di ka

net
Ilustrasi 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Senyum ceria dan sambutan hangat spontan saja langsung ditunjukkan D (5) dengan begitu lugunya ketika Tribunsumsel.com tiba di kantor sekretariat Yayasan Sriwijaya Plus Jalan Jendral Sudirman, Sabtu (30/11/2019).

Siapa sangka, D adalah bocah yang beberapa waktu lalu Tribun Sumsel beritakan.

Sebab ia positif mengidap HIV dan saat itu mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang.

"Ini...ni...,"ujar D seraya tertawa dan menunjuk ke arah video Teletubbies dari telepon genggam yang dipegangnya.

Tak hanya positif HIV, saat itu kondisi D juga memprihatinkan .

Kedua orang tuanya diketahui sudah meninggal dunia.

Penyakitnya juga diperparah dengan infeksi paru-paru, gizi buruk hingga kusta yang juga ia alami.

Namun semua itu benar-benar sudah tidak terlihat.

Tubuhnya terlihat segar dan berisi. D juga terlihat aktif berlari kesana-kemari dengan begitu riangnya seraya menyapa setiap orang yang ia temui di kantor Sekret Yayasan Sriwijaya Plus.

Sesekali ia juga tampak bercanda dengan orang yang dipanggilnya dengan sebutan Ami atau bila diperjelas adalah mami.

"Ya memang dia seperti ini. Anaknya aktif sekali. Untuk kusta terakhir kali diperiksa juga sudah negatif, tidak terdeteksi sama sekali," ujar Sari Palupi (43) nama asli dari perempuan yang dipanggil D dengan sebutan mami.

Namun meskipun gerakannya begitu aktif, nyatanya D masih mengalami kesulitan untuk berbicara secara lancar.

Menurut Sari, hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan latar belakang keluarga D.

Sebab bocah itu terlahir dari ibu yang tunawicara sedangkan ayahnya bekerja serabutan sehingga tidak memiliki waktu untuk mengajarinya berbicara seperti anak pada umumnya.

"Biarpun agak sulit ngomong, dia sangat paham dengan apa yang kita arahkan. Cepat tanggap sekali anaknya. Sekarang juga sudah kami ajarkan untuk bicara. Tapi secara bertahap soalnya kami tidak ingin memaksa, biarlah semuanya berjalan secara bertahap," ujarnya.

Rupanya tak hanya selama lebih dari 3 bulan menjalani perawatan di RSMH terhitung sejak akhir Januari hingga April 2019, Sari bersama yayasan Sriwijaya Plus juga terus merawat D sampai sekarang.

Bahkan saat ini D tinggal di rumah Sari dengan tetap mendapat pendampingan secara menyeluruh dari Sriwijaya Plus.

Selama perawatan inilah kemajuan pesat terlihat dari tumbuh kembang D.

Dari sebelumnya ketika pertama kali dirawat bocah tersebut hanya memiliki berat 5 kg diusia 4,5 tahun, kini genap diusi 5 tahun berat badan D sudah mencapai 18 kg.

"Saya dari Jaringan Indonesia Positif bersama dengan teman-teman dari yayasan Sriwijaya plus bersepakat untuk merawat anak ini," ujar Sari.

Ada cerita panjang sampai D bisa dirawat oleh sari beserta yayasan Sriwijaya Plus.

Sebab bocah ini hampir saja dititipkan dinas sosial di rumah singgah di kota Medan.

Namun niat itu ditolak oleh Sari bersama yayasan Sriwijaya Plus dan tim dokter anak yang saat itu merawat D.

Setelah bermusyawarah dan diadakan mediasi, akhirnya diputuskan Sari bersama yayasan Sriwijaya Plus bersedia merawat D.

"Karena kita memahami bagaimana penanganan orang dengan HIV dan apa saja yang mereka butuhkan. Sebab selama ini kami fokus terhadap isu tersebut, maka kami memutuskan untuk merawat D," ujarnya.

Selama merawat D, Sari berujar tidak ada penolakan dari keluarganya.

Bahkan dukungan penuh begitu ia dapat dengan bantuan untuk sama-sama merawat dan memberikan kasih sayang keluarga seutuhnya kepada D.

"Dari awal keluarga saya tidak menolak. Saya juga sering cerita tentang kondisi D. Mulai dari pertama kali tahu keberadaannya sampai memutuskan untuk membawanya ke rumah.
Alhamdulillah tidak ada yang menolak, semuanya memberikan dukungan penuh," tuturnya.

Sari menuturkan, selama merawat D di rumah, seluruh biaya perawatan murni dikeluarkan secara pribadi oleh dirinya bersama dengan yayasan Sriwijaya Plus.

Adapula bantuan dari beberapa pihak seperti akademisi maupun komunitas dan perkumpulan lain yang sedari awal sudah peduli terhadap D. Bahkan sejak ia dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu.

Hal yang justru tidak dirasakan dari pemerintah.

"Sampai saat ini saya bingung dukungan dari pemerintahnya dimana. Biaya pengobatan dan lain-lain semua ditanggung oleh saya pribadi dan rekan-rekan Sriwijaya Plus dan dari komunitas atau perkumpulan yang peduli dengan D," ujarnya.

Termasuk untuk pendidikan D kedepannya. Sari bersama yayasan Sriwijaya Plus bertekad akan memberikan pendidikan yang layak bagi D sebagai bekal bagi masa depannya. Walau tanpa adanya bantuan dari pemerintah.

Namun meskipun begitu, Sari tidak menampik bahwa mereka membuka jalan lebar bagi orang yang ingin menjadi orang tua angkat bagi D.

Bukan untuk mengasuh, namun lebih dengan memberikan dukungan dalam apapun bentuknya. Termasuk dengan pendidikan.

"Bantuan dalam bentuk apapun saya persilahkan. Misalnya ada yang ingin membantu mendukung pendidikannya. Atau seperti kemarin ada dari komunitas pejuang hijrah, mereka memberikan bantuan berupa susu, popok dan itu dirasa sangat membantu sekali. Bagi yang ingin memberikan bantuan, silahkan hubungi Sriwijaya plus dan dari sini bisa berkoordinasi," ucapnya.

Terlepas dari lika-liku merawat D, Sari berujar bahwa ada cermin yang semestinya bisa dilihat masyarakat dari anak tersebut.

Bahwa pengidap HIV bukan lagi harus ditakuti dan dijauhi atau bahkan sampai dikucilkan.

Sebab pengidap HIV juga bisa bangkit dan hidup layak seperti kebanyakan orang.

Seperti D yang baru berusia 5 tahun namun dapat bangkit dari keterpurukannya dan bisa menjadi bagian dari masyarakat.

"HIV memang penyakit menular tapi tidak mudah menularkan, HIV juga bukan penyakit keturunan. Penyakit ini sudah ada obatnya dan pengidap HIV juga bagian dari masyarakat, jangan abaikan itu," ujarnya.

Berbagai treatment, penanganan maupun pencegahan terhadap virus HIV juga sudah mulai berkembang.

Bahkan pelayanan kesehatan untuk deteksi dini virus HIV juga sudah terdapat di berbagai puskesmas maupun rumah sakit dan semua itu gratis.

Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat jangan ragu untuk memeriksakan diri.

Terutama bagi mereka yang sudah merasa beresiko.

Sedangkan bagi mereka yang positif dan ingin pendampingan, maka komunitas yang peduli atas isu ini seperti yayasan Sriwijaya plus siap memberikan pendampingan.

"Program pencegahan penularan dari ibu ke anak juga sudah tertata secara apik saat ini. Misalnya salah satu pasangan positif HIV atau dua-duanya positif, anaknya tidak akan tertular apabila ibu dan ayahnya sudah menjalani treatment pengobatan secara teratur dan benar," ucapnya. (cr8).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved