Cerita TKW Palembang Pinjam Hijab dan Gandeng Pria Demi Lolos dari Sindikat Perdagangan Manusia
Dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumatera Selatan Nica (22) dan Vera (22) berhasil lolos dari kejaran sindikat perdagangan manusia (Human Traffic
Penulis: Yohanes Tri Nugroho | Editor: Prawira Maulana
Data mereka bermasalah ada pula yang gugup saat menjawab pertanyaan petugas imigrasi sehingga paspornya tak keluar.
Setelah menanti selama tiga hari, paspor pun telah diterbitkan. Vera dan Nica pun akhirnya diberangkatkan bersama empat orang lainnya.
Mereka terbang dari Surabaya menuju ke Bandara Hang Nadim di Batam.
"Kami berangkat dari Surabaya menuju Batam, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Malaysia melalui jalur air. Di pelabuhan itulah kami dipisahkan. Nica duluan diberangkatkan, saya belakangan," katanya
Setibanya di Johor Malaysia, Nica dijemput oleh seseorang kemudian di bawa ke sebuah rumah. Demikian juga Vera yang datang selanjutnya.
Keduanya tidak lagi dapat berkomunikasi karena handpone keduanya disita.
Vera ternyata tidak disalurkan bekerja di rumah makan, Ia ditempatkan sebagai pembantu rumah tangga (PRT) sekaligus pekerja di sebuah swalayan milik majikannya. Ia diminta bekerja selama 20 jam dalam satu hari.
Mulai dari bangun pukul 03.00 hingga tidur pukul 00.00 WIB. Pekerjaannya mulai dari bersih bersih rumah, memasak, dan menjadi buruh ditoko majikan. Usai toko tutup, Ia kembali ke rumah dan memasak kebutuhan majikannya.
"Pulang dari toko sekitar jam 5 sore, dan melanjutkan pekerjaan di rumah, mulai dari memasak, menyetrika, masak makan malam dari lain sebagainya, Majikan saya bilang kamu makan setelah kami makan, kamu tidur setelah kami tidur," katanya.
RA mengaku berulangkali mendapatkan perlakuan kasar majikannya, mulai dari ditendang, diinjak, dijewer bahkan disiram air kotor. Majikan menganggap RA tak patuh dan kerap melawan sehingga berbuat kasar.
Bahkan, RA sempat disiram air bekas air cucian daging babi karena majikan menganggap melawan perintahnya. RA mengaku tidak bisa berkomunikasi karena ponselnya disita oleh Majikan.
"Semakin melawan saya semakin dianiaya, saya dimasukkan ke kamar, di tendang, ditampar bahkan diinjak menggunakan sepatu hak tinggi , hingga tempurung kaki memar memar," katanya.
Majikan pun sempat mengembalikannya ke agensi, beberapa hari di agensi dirinya kembali disiksa saat diserahkan ke pada majikan baru. Majikan kedua juga melakukan hal yang sama, bahkan sempat hendak di buang ke hutan.
"Saya dibangunkan jam 01.00 dibawa ke mobil, lalu mau dibuang ke hutan. Saya melawan dan berontak. Katanya saya sudah dibeli Rp. 35 juta. Kalau mau bebas saya harus membayar dulu uang itu," jelasnya.
Sementara, Nica tak begitu mengalami perlakuan kasar dari majikannya. Majikannya, mengharuskannya untuk bangun pukul 04.00 dan tidur pukul 23.00. Di tempat itu Nica diminta membesihkan rumah, mencuci, mengepel, memasak dan menidurkan anak majikannya.
"Rumah Majikan saya sangat besar, ada dua lantai, baru dua hari bekerja dengan waktu kerja yang sangat panjang, saya kelelahan dan pingsan saat memasak. Saya kemudian dikembalikan kepada agensi," katanya.
Di rumah agensi Nica lantas mendapatkan perlakuan kasar, pengasingan selama dua minggu lamanya dan dirinya dibawa oleh majikan baru. Majikan kedua pun tak jauh berbeda, dirinya diminta bekerja hampir selama 20 jam lamanya.