Asal Usul dan Arti Nama Kawasan Palimo Palembang, Ternyata Berasal dari Bahasa Belanda

Kawasan KM 5 pastinya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kota Palembang.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
Tribun Sumsel/ Sri Hidayatun
Pasar Palimo. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kawasan KM 5 pastinya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kota Palembang.

Terletak di tengah kota, sudah tentu kawasan ini ramai dengan berbagai aktivitas masyarakat.

Uniknya, warga kota Palembang justru sering menyebut kawasan KM 5 dengan nama 'Palimo'.

Bahkan sebutan itu juga menyasar ke hal-hal yang identik dengan kawasan KM 5.

Seperti PD pasar Palembang Jaya Unit KM 5.

Sesuai dengan namanya, pasar ini terletak di KM 5.

Namun bila ada menyebut nama asli dari pasar ini, pasti banyak yang agak bingung dimana lokasinya.

Hal berbeda justru akan terjadi saat anda menyebut nama 'Pasar Palimo'.

Sudah pasti tidak sulit bagi anda mendapat arahan untuk bisa sampai kesini.

Tak hanya pasar, hal lain yang identik dengan Palimo adalah angkotnya.

Dengan ciri khas berwarna merah, sudah jelas di depan dan belakang angkot tertera tulisan Ampera-KM 5.

Artinya jurusan angkot itu dari jembatan Ampera menuju ke kawasan KM 5 dan sebaliknya.

Namun kernet angkot justru lebih sering meneriakkan 'palimo, palimo, palimo' saat sedang mencari penumpang.

Sehingga sebutan angkot Palimo lebih familiar bagi masyarakat dari pada angkot KM 5.

Rupanya ada kisah menarik dari nama Palimo yang sangat akrab di telinga masyarakat kota Palembang.

Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan mengatakan sebutan Palimo untuk kawasan KM 5 bukanlah digunakan untuk mempersingkat kata guna mempermudah penyebutan wilayah tersebut.

Melainkan kata Palimo terbagi dari dua kata.

Yakni Pal atau lebih tepatnya Paal yang merupakan serapan dari bahasa Belanda untuk penanaman posisi tempat berdasarkan panjang jarak per kilometer dari titik nol suatu kota.

Sedangkan limo atau dalam bahasa Indonesia artinya lima.

Sebab apabila dihitung,
kawasan KM 5 berjarak 5 kilometer dari titik nol kota Palembang yang berada di depan masjid agung.

"Dari dua kata tersebut, maka jadilah nama Palimo. Sebutan Pal di Palembang juga bisa dibandingkan dengan kawasan Pal Sigung, Pal Merah dan Pal Meriam di Jakarta," ujarnya, Jumat (8/11/2019).

Dikatakan ikhsan, sampai tahun 1980, kawasan Palimo menjadi batas kotamadya tingkat II Palembang dengan kabupaten daerah tingkat II Musi Banyuasin.

Saat itu masih berdiri gagah gerbang kota di hadapan pasar Palimo.

"Sebelum kawasan KM 5 diberi nama jalan kolonel H Burlian, dulu kawasan ini masih masuk jalan jendral Sudirman," jelasnya.

Tak hanya itu, rupanya di kawasan KM 5 juga terdapat bangunan bernilai sejarah.

Tepatnya di kawasan ini dibangun sebuah bangunan mirip pos pertahanan terhadap serangan udara yang dibangun pada masa penjajahan Jepang.

Letaknya tidak jauh dari pasar KM 5 tepatnya di jalan AKBP H Umar.

"Pada zaman dulu, kawasan KM 5 termasuk wilayah dengan kontur tanah yang lebih tinggi dibanding wilayah lainnya. Sehingga dikenal dengan kawasan Talang. Berbeda dengan wilayah lainnya dari kota Palembang yang mayoritas berupa perairan dan rawa," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved