Ini Bukti Penyandang Disabilitas Intelektual Juga Bisa Berprestasi dan Berkarya

Mengajarkan mereka membatik juga tidak sulit bahkan jauh lebih cepat dan mudah dibanding anak-anak normal lainnya.

Penulis: Hartati | Editor: Eko Adia Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM/HARTATI
Liant (satu dari kiri) bersama presiden dan atlet Special Olympics Indonesia cabang Palembang foto bersama saat berkunjung ke Graha Tribun memperkenalkan batik dan hasil kerajinan tangan atlet disabilitas intelektual, Senin (21/10/2019). 

Ini Bukti Penyandang Disabilitas Intelektual Juga Bisa Berprestasi dan Berkarya

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Liant, perancang busana asal Palembang yang lama berkarya di Yogyakarta kembali ke Palembang untuk fokus menggandeng atlet Special Olympics berkarya menjadi enterpreneur.

Pembinaan dilakukan karena sejak tahun lalu special Olympics baru memiliki cabang non atlet yang mengakomodir keinginan atlet pada bidang seni, kriya kayu, batik, tata boga dan lainnya.

"Saya ingin berdedikasi membantu adik-adik kita yang spesial ini karena mereka juga punya potensi dan masa depan jadi harus memiliki bekal," ujar Liant, Senin (21/10/2019).

Liant percaya adik-adik ini punya keahlian dan kemampuan yang tidak kalah dengan pelajar atau generasi muda lainnya meski mereka memiliki kekurangan.

Mengajarkan mereka membatik juga tidak sulit bahkan jauh lebih cepat dan mudah dibanding anak-anak normal lainnya. Kuncinya adalah menciptakan ketertarikan pada mereka sehingga mau memulainya.

"Anak-anak spesial ini luar biasa kalau sudah suka bahkan tidak mau berhenti kalau pekerjaannya belum selesai seluruhnya, jadi mereka ingin apa yang dikerjakan beres seluruhnya," cerita Liant.

Di Palembang sendiri terdapat 12 atlet special olympics dan sejumlah mentornya yang baru terbentuk secara resmi tahun ini.

Sebagi wujud eksistensi, Special Olympics Indonesia cabang Palembang akan menggelar kampanye peduli penyandang disabilitas mental karena belum banyak yang tahu kondisi ini.

Presiden Special Olympics Indonesia cabang Palembang, M Radif mengatakan secara fisik penyandang disabilitas intelektual tidaklah terlihat karena mereka hampir sama dengan anak normal lainnya. Hanya saja jika ditelusuri barulah tahu jika mereka memiliki kemampuan berpikir agak lamban daripada anak normal lainnya.

Beberapa penyandang disabilitas intelektual ini bahkan berasal dari anak korban bully di sekolah. Awalnya mereka sekolah di sekolah reguler namun karena pola pikir mereka berbeda dengan anak lainnya sehingga dikucilkan abhakn diolok-olok temannya dterua menerus dalam waktu lama sehingga membuat mereka semakin terpuruk.

"Kita ingin mengajak masyarakat tahu dan respek bahwa keberadaan mereka ada dan tidak ada yang salah dengan mereka. Mereka juga punya keahlian dan kelebihan dan bisa berprestaai hanya saja berbeda dengan anak normal di luar sana. Jadi stop membully dan mengucilkan mereka. Rangkul mereka beri ruang untuk berkarya," ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan keberadaan penderita disabilitas intelektual ini akan diadakan kegiatan senam bersama dan penggalangan tanda tangan juga bersama dengan penderita disabilitas intelektual ini dan mempostingnya di Instagram dengan hastag tertentu dan juga senam bersama.

Kegiatan ini akan dilangsungkan 17-18 November di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) dan SAMA Negeri 6.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved