Miris, Kisah Siswa & Siswi Madrasah Belajar di Gubuk Reyot dan Pinggir Kuburan di Pamekasan
Miris, Kisah Siswa & Siswi Madrasah Belajar di Gubuk Reyot dan Pinggir Kuburan di Pamekasan
TRIBUNSUMSEL.COM - Miris, Kisah Siswa & Siswi Madrasah Belajar di Gubuk Reyot dan Pinggir Kuburan di Pamekasan
Di tahun 2019 masih ada sekolah yang tak layak dipakai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
Ruang kelas yang tak nyaman layak seperti kandang hewan ini terpaksa dipakai karena tidak ada fasilitas untuk belajar.
Hal itu seperti dirasakan oleh puluhan siswa dan siswi madrasah atau setingkat sekolah dasar (SD).
Jam untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) baru saja dimulai.
Ramo, guru PKN di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Misbahussudur, Dusun Aeng Nyunok, Desa Banyupelle, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, sambil menyeka keringat yang mengalir di sela-sela kopyah hitam yang dipakainya.
• Termakan Hoaks, Warga Beringas Hingga Membakar Kantor Bupati Akibat Rusuh Wamena, STOP SEBAR HOAX !
Terik matahari pada Senin (23/9/2019) siang, membuat cuaca di Pamekasan, terasa begitu panas.
Lubang-lubang kecil di semua dinding kelas yang terbuat dari anyaman bambu, paling tidak menahan teriknya panas matahari. Sesekali udara silir masuk ke dalam ruang kelas sederhana.
Namun, udara menjadi panas kembali ketika hembusan angin hilang.
Murid-murid yang yang sedang menuntut ilmu tanpa meja dan kursi ikut merasakan panasnya ruang kelas.
Ada yang harus melepas ikatan kerudung agar lebih longgar dan memudahkan udara masuk.
Sementara, bagi murid laki-laki, ada yang melepas kopyah dan melepaskan satu sampai dua kancing baju untuk mengurangi keringat.
Situasi itu dialami setiap hari oleh para guru dan murid yang melangsungkan proses belajar mengajar ketika musim kemarau.
Dinding kelas yang bolong berfungsi juga sebagai ventilasi udara.
Lantai yang baru 2 tahun dibeton, menghilangkan debu-debu beterbangan dan murid-murid sudah bisa belajar lesehan di lantai.