HUT ke 74 RI
Viral Anak Pejabat Paksa Ikut Paskibra, Cucu Soeharto Ini Tutupi Identitas Hingga Tak Mau Dijenguk
Viral Anak Pejabat Paksa Ikut Paskibra, Cucu Soeharto Ini Tutupi Identitas Hingga Tak Mau Dijenguk
TRIBUNSUMSEL.COM - Viral Anak Pejabat Paksa Ikut Paskibra, Cucu Soeharto Ini Tutupi Identitas Hingga Tak Mau Dijenguk
Bagi sebagian pemuda Indonesia menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) merupakan prestasi yang membanggakan.
Orang-orang yang bertugas mengibarkan bendera pada HUT RI di istana negara itu adalah putra putri terbaik.
Mereka melalui seleksi ketat dan digenjot berbulan-bulan.
Nama Koko Ardiansyah, pelajar calon anggota Paskibraka yang gagal bertugas karena diduga posisinya di gantikan oleh anak pejabat kini tengah hangat menjadi perbincangan.
• Kronologi Lengkap Kecelakaan Tewaskan Etna Dwi Julia Mahasiswi Kedokteran Gigi UNSRI di MUSI 2
• 5 Bulan Jalani Pendidikan Prada DP Bingung Tau Vera Hamil 2 Bulan, DP Berhubungan Badan Dengan Serli
• Diganti Anak Pejabat, Koko Ardiansyah Calon Paskibraka Digagalkan Mendadak Ditelpon Imam Nahrawi
• Kisah Dini Damayanti, Anak Buruh di Banyuasin Jadi Paskibraka Nasional 2019, Cerdas di Sekolah
Pasalnya yang menjadi sorotan adalah, Koko Ardiansyah merupakan seorang anak yatim dan telah mengikuti tahapan seleksi agar dapat lolos bertugas sebagai anggota Paskibraka.
Kasusnya cukup disoroti banyak orang, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
Memperhatikan kasus yang cukup jadi banyak perbincangan ini, Menpora Imam Nahrawi langsung menghubungi Koko Ardiansyah melalui video call.

Sebelumnya, Koko Ardiansyah juga sempat memberi klarifikasi bahwa posisinya sebagai anggota cadangan dan hanya ada dua orang yang berhasil mengikuti seleksi untuk bertugas mewakili Kabupatennya di Provinsi.
Namun seperti kabar pertama yang beredar, publik tetap tak percaya bahkan menduga bahwa Koko Ardiansyah dipaksa memberi klarifikasi bahwa ia hanya salah paham dengan informasi yang ia terima.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi mungkin cukup menyayangkan adanya kabar tak menyenangkan itu.
Melansir dari akun viral instagram @nenk_update, nampak Koko Ardiansyah tengah berbincang dengan Imam Nahrawi melalui video call.
Dalam video itu suara Imam Nahrawi memang tak terdengar jelas, namun mendengar dari jawaban Koko nampaknya, kabar perihal dirinya disoroti cukup serius.
Koko Ardiansyah nampak seperti mendapatkan doa dari Imam Nahrawi yang sedang berada di Madinah.
"iya belum pak paling di sekolah ini aja pak, aamiin pak.", ujar Koko.
"Sudah pas seleksi itu lah ikut gabung pak, iya pas seleksi aja, sudah dinyatakan lulus pak sebagai cadangan", ujar Koko lagi.
Terdengar ia pun seperti memberi informasi pada Imam Nahrawi bahwa hanya ada satu orang yang berangkat mewakili Kabupaten Labuhan Batu untuk bertugas di Provinsi.
"cuma satu lah yang ikut pak, cuma satu lah cadangan yang ikut, saya gak ikut, belum pernah pak, ya menguasai juga lah saya baris berbaris pak, saya juga ada kemampuan di Olahraga voli pak", kata Koko pada Imam Nahrawi.
Saat ditengah peremkaman perbincangan Koko dan Imam Nahrawi lewat video call itu, terdengar dari suara si perekam yang menyebut bahwa pelajar yang menggantikan posisi Koko merupakan seorang anak Bupati.
Dua cucunya itu adalah Danty Rukmana dan Wiratama Hadi Ramanto Pratikto.
Bedanya Danty menjadi anggota Paskibraka saat kakeknya masih menjadi nomor 1.
Sementara Wiratama baru menjadi Paskibraka dimasa kepresiden Susilo Bambang Yodohyono pada tahun 2007.
Lantas bagaimana kabar Danty sekarang?
Danty Rukmana adalah putri kedua Siti Hardiyanti Hastuti atau biasa disapa mbak Tutut.
Ternyata meski menjadi cucu presiden Soeharto ternyata Danty tak mau dibantu diloloskan begitu saja.
Dia ingin lolos paskibra nasional dengan kemampuan sendiri.
Identitasnya pun disembunyikan.
Bahkan menolak dijenguk orangtuanya saat sedang pendidikan paskibra.
Seperti yang diceritakan sendiri oleh ibunya Tutut Soeharto melalui website pribadinya Tutut Soeharto.
Berikut kisah Danty berjuang menjadi seorang paskibra.
Setiap kali saya meliat foto di atas, rasa bangga, haru dan bahagia selalu menyelimutiku.
Saya ingat betul bagaimana Danty sampai terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). Danty SMA di Lab School, Rawa Mangun, dimana Kepala Sekolah nya saat itu adalah pak Arief Rahman.
Alhamdulillah Danty prestasi sekolahnya bagus, sehingga dia dipilih sekolahnya bersama satu orang siswa laki-laki untuk ikut tes penyeleksian anggota PASKIBRAKA, yang nantinya akan mewakili DKI, dimana yang boleh mengikuti adalah anak yang berprestasi dan ranking di kelasnya.
Pada pendaftaran pertama saya tidak tahu menahu. Namun akhirnya saya tahu dia ikut serta. Waktu saya tanya apakah dia ikut tes tersebut, Danty minta pada saya : “Mama dan juga papa, tolong jangan ikut campur dalam tes penyeleksian ini ya, biar Danty sendiri yang menghadapi.”
Saya tanyakan : “Kena apa mbak, kan mama ingin tahu dan mengikuti proses nya dan juga hasilnya.”
Dia menjawab: “Papa dan mama, doa kan Danty berhasil dalam tes penyeleksian ini. Kalau Danty tidak berhasil, Danty mohon maaf sebesar-besarnya ya Ma, Pa.
Tapi kalau Danty berhasil, Danty ingin, semua bukan fasilitas karena eyang jadi Presiden. Mudah-mudahan Danty dapat membuat mama, papa, eyang kakung dan eyang putri serta saudara-saudara bangga, aamiin”
Mendengar dia berkata begitu, saya peluk erat dia, rasa haru tak dapat dibendung. Saya katakan : “Aamiin, mama akan selalu berdoa untukmu wuk, semoga kemudahan, keteguhan, kesabaran, kesehatan, keberhasilan, perlindungan dan petunjuk selalu Allah berikan padamu ya wuk, aamiin.”
Alhamdulillah, terima kasih ya Robb, Anak perempuan kecilku, ternyata sudah dewasa, tumbuh menjadi gadis yang berbudi pekerti dan bijaksana.
Setiap hari hanya doa yang dapat menemani gadisku, sesuai permohonannya padaku. Saya harus yakin bahwa anakku mampu melewati semua tes yang dihadapinya, dan memohon pertolongan-Nya, untuk keberhasilnya anak gadisku.
Saya laporkan kepada bapak dan ibu tentang Danty mewakili sekolahnya mengikuti tes penyeleksian menjadi PASKIBRAKA. Saya sampaikan pula keinginan Danty supaya kita tidak ikut campur, biar dia berusaha dengan kemampuannya. Bapak dan ibu sangat bahagia mendengar berita itu, dan Alhamdulillah bapak ibu sangat menghargai dan bangga atas keputusan Danty, dan kita harus mendukung keinginannya.
Setiap pulang dari tes, saya selalu menanyakan bagaimana hasilnya. Danty selalu menjawab: “Alhamdulillah bisa mah, doakan Danty selalu ya mah.”
“Ada yang tahu nggak kamu cucunya eyang wuk?” aku bertanya.
“Alhamdulillah sampai saat ini nggak ada mah. Mereka tahunya aku perwakilan dari Lab School.”
Akhirnya suatu hari, dia datang dengan senyum manisnya sambil memeluk saya: “ Papa, mama, Alhamdulillah Danty terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.”
Dalam hati saya berbisik: “Terima kasih ya Allah, telah kau izinkan anakku untuk menjadi salah satu Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Berilah anakku Danty kemampuan untuk dapat melaksanakannya dengan baik, benar dan sukses, aamiin.”
Pada saat dia harus masuk pelatihan di Cibubur, rasa rindu selalu ingin melihat Danty, dan ingin tahu bisakah dia melewati latihan-latihan yang diberikan pada para siswa.
Ada salah seorang instruktur, kawan saya (dan Danty saat itu sudah dikenal bahwa dia anak saya dan cucunya bapak), saya sampaikan saya ingin menengok Danty bisa apa tidak. Dia bilang sekarang belum bisa, nanti ada saatnya untuk berkunjung.
Berita ini sampai ke Danty, dia minta izin untuk menelpon saya, dan di telpon dia bilang: “ Mama, jangan datang sekarang ya, teman-teman yang lain juga tidak ada yang dijenguk. Kalau mama kesini sekarang, aku malu mah. Nanti ada waktunya untuk menjenguk kok mah. Mama doakan Danty saja.”
“Iya mbak, mama akan selalu berdoa untukmu. Jaga kesehatan ya wuk, jaga diri baik-baik, jangan lupa sholat.”
“Iya mah, insya Allah.” Jawabnya.
Lalu, kabar yang menggembirakan dan mengharukan pun datang mengunjungi rumah kami, bahwa anakku Danty terpilih menjadi pembawa Bendera Pusaka. Sujud syukur langsung aku kerjakan, bersyukur dan berterima kasih atas segala karunia dan terpilihnya Danty menjadi pembawa Bendera Pusaka pada upacara kenegaraan memperingati hari kemerdekaan yang ke-45 bangsa Indonesia.
Hari yang kita nantikan pun datang. Sepanjang upacara berlangsung tidak henti-hentinya saya berdoa agar Danty diberi kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan upacara sampai selesai. Pada saat dia menaiki tangga, saya tak berani menatapnya, takut tak dapat menahan derai air mata, yang telah saya coba tahan dari tadi.Sebentar lagi Danty Rukmana (nama lengkapnya Danty Indriastuty Purnamasari Rukmana), siswa SMA dari DKI, menerima bendera pusaka dari Presiden ke-II Republik Indonesia.
“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.
Digahayu Indonesia.
Jayalah Bangsaku, Jayalah Negeriku, Jayalah Indonesiaku.
M E R D E K A !!!!!!!!
Jakarta 17 Agustus 2018.
Pukul 05.00, Usai subuh.