Siswa SMA Taruna Indonesia Tewas
5 Fakta Tewasnya Wiko Jerianda Siswa SMA Taruna Indonesia, Perut Bengkak Badan Luka Lebam
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Korban meninggal diduga akibat kekerasan masa orientasi sekolah SMA Taruna Indonesia bertambah
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Korban meninggal diduga akibat kekerasan masa orientasi sekolah SMA Taruna Indonesia bertambah.
Delwyn Berly meninggal, Sabtu (13/7/2019), sedangkan malam ini, Jumat (19/7/2019) telah meningga; dunia Wiko Jerianda.
Berikut Fakta-fakta meninggalnya Wiko :
1. Tidak Sadarkan Diri Sejak Masuk Rumah Sakit Charitas
Wiko Jerianda (16 tahun), korban penganiayaan orientasi SMA Taruna Indonesia meninggal dunia, Jumat (19/7/2019) sekitar pukul 20.10.
Saat ini jenazah Wiko sudah berada di rumah duka, Jalan Pertahanan Kelurahan 16 Ulu Kecamatan SU II Kota Palembang.
Nampak suasana di rumah duka di penuhi para tetangga hingga kerabat yang datang .
Terdengar pula lantunan surat yasin di dalam rumah almarhum Wiko.
Suwito ayah Wiko terlihat lemas dan tidak bisa memberikan banyak komentar.
Sementara kuasa hukumnya, Firli mengatakan jenazah Wiko akan dimakamkan esok hari di pemakaman Talang Karet, Plaju.
Firli juga bercerita, hingga Alhmarhum menghembuskan nafas terakhirnya, Wiko masih tak sadarkam diri.
"Dari dia masuk RS charitas, sampai meninggal, Wiko belum sadarkan diri. Bahkam setelah operasi, kondisi tetap menurun," katanya.
2. Tim Dokter Sempat Bentuk Tim Khusus
Wiko diduga menjadi korban kekerasan masa orientasi SMA Taruna Indonesia.
Wiko Jerianda (16 tahun), korban penganiayaan orientasi SMA Taruna Indonesia meninggal dunia, Jumat (19/7/2019) sekitar pukul 20.10.
Sebelumnya, Delwyn teman satu angkatan Wiko meninggal dunia beberapa hari lalu.
Wiko menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit RK Charitas pada pukul 20.10 WIB.
Informasi ini diperoleh dari Firli, pengacara keluarga Wiko.
"Iya, Wiko sudah meninggal,"ucapnya singkat saat dihubungi Tribunsumsel.com.
Wiko merupakan siswa SMA Taruna Indonesia yang beberapa hari tak sadarkan diri sejak diduga menjadi korban kekerasan orientasi sekolah akhir pekan tadi.
Ia beberapa hari sempat tak sadarkan diri.
Tim dokter sempat membentuk tim khusus dari berbagai ahli untuk menangani kondisi kesehatan Wiko.
3. Usus Terlilit
Orangtua Wiko, Suwito didampingi Firli Darta, SH menceritakan pada saat hari Sabtu, (13/7/2019) sekitar pukul dua siang, Suwito mendapatkan telepon dari pihak sekolah mengabarkan kalau anaknya masuk rumah sakit.
"Saya dapat telepon dari pihak sekolah katanya anak saya sakit panas tinggi dan sudah ada di rumah sakit Karya Asih Charitas," ujarnya.
Mendengar kabar tersebut, ia pun terkejut dan langsung bergegas menuju rumah sakit.
Satu jam kemudian, saat tiba di rumah sakit ia melihat anaknya sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.
"Saat sampai di rumah sakit anak saya sudah di IGD tengah ditangani dokter. Ia tak sadarkan diri dan ngigau terus "ampun komandan, jangan pukul lagi," ujar Suwito menceritakan kepada Tribunsumsel.com dengan menahan air mata.
Setelah diperiksa dokter dan dironsen, didapatkan bahwa anaknya mengalami usus terlilit sehingga harus dilakukan tindakan cepat untuk dioperasi.
"Saya lihat perut anak saya itu bengkak mba besar sekali. Jadi jam 9 malam itu langsung diambil tindak operasi dan selesai jam 12 malam hingga sekarang tak sadarkan diri," jelasnya.
Suwito mengatakan sebelum dioperasi anaknya sempat masuk kamar dan melihat tubuh di bagian belakang anaknya lebam-lebam seperti habis kena pukulan.
"Kami belum sempat bertanya karena anak saya itu ngigau terus tak terhitung lagi," ungkap dia.
4. Keluarga Curiga
Seorang siswa SMA Taruna Indonesia, Wiko Jerianda (16 tahun), menjadi korban dugaan kekerasan masa orientasi sekolah (MOS).
Rumah Sakit Karya Asih di Kecamatan Sako menjadi tempat perawatan Wiko saat ini.
Kelarga menaruh mengaku curiga dengan pihak sekolah.
Pasalnya, sang anak yang sakit dibawa jauh dari lokasi sekolah.
Padahal ada Rumah Sakit Myria dekat sekolah sehingga penanganan bisa lebih cepat diberikan.
"Keluarga ini sempat curiga mengapa Wiko dibawah ke RS Karya Asih ini, padahal kan cukup jauh dari lokasi sekolah," ujar Firli Darta, pengacara keluarga korban Wiko.
"Kami curiga ada yang ditutupi dan biar tak terekpose media karena korban yang meninggal itu dibawah ke Myria. Sedangkan Wiko sabtu siang dibawa ke sini," tegasnya.
5. KPAI Minta Dievaluasi
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI), Retno Listyarti mendesak agar Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan mengevaluasi menyeluruh SMA Taruna Indonesia, baik dari program, manajemen keuangan, fasilitas dan lain sebagainya.
Menurutnya, dari hasil pemantauan KPAI secara umum sebagai sekolah berasrama pengawasan dinilai kurang oleh Dinas Pendidikan, terlebih dari sisi fasilitas tidak memadai padahal biaya untuk masuk ke sekolah ini tidaklah murah.
"Dari orang tua yang saya wawancarai, biaya masuk saja Rp 22 juta. Perbulan Rp 1,5 juta dan untuk biaya semester Rp 3 juta. Ini adalah hal yang cukup mahal. Kondisi sekolah juga tidak laik kelas tanpa jendela sehingga pencahayaan kurang," jelasnya, Rabu (17/9/2019).