Istri Saya Ini Kena Struk Tapi Mau Mencoblos, Sudah Antre Berjam-jam Tak Juga Dipanggil

elasan pemilih di TPS 15 kelurahan Tanjung Enim Selatan Kecamatan Lawang Kidul mengeluh karena PPS pilih kasih.

Penulis: Ika Anggraeni | Editor: Prawira Maulana
IKA ANGGRAINI/TRIBUNSUMSEL.COM
Tampak pemilih maju kedepan mengajukan protes kepada pihak panitia yang terkesan pilih kasih dalam antrean pemilih. 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Ika Anggraeni

TRIBUNSUMSEL.COM, MUARAENIM- Belasan pemilih di TPS 15 kelurahan Tanjung Enim Selatan Kecamatan Lawang Kidul mengeluh karena Panitia Pemungutan Suara (PPS) di TPS tersebut terkesan pilih kasih saat memanggil para pemilih yang akan melakukan pencoblosan.

Berdasarkan pantauan Tribunsumsel.com di lapangan, Rabu, (17/4/2019) tampak belasan warga maju menghadap KPPS di TPS tersebut memprotes salah satu panitia yang terkesan tebang pilih saat memanggil para pemilih yang tidak berdasarkan antrian.

Para warga yang nekat melakukan protes tersebut mengaku kesal karena sudah berjam-jam menunggu nama mereka dipanggil untuk mencoblos namun tak kunjung dipanggil.

Seperti yang dikatakan oleh Supri (50) salah satu warga yang melakukan protes mengaku kesal karena ulah salah satu panitia di TPS tersebut.

"Saya datang dengan Istri saya sekitar pukul 10.00 Wib, istri saya ini sedang sakit struk, namun karena ingin menggunakan hak suara kami, ia saya tuntun untuk datang ke TPS ini, namun kita yang sudah duluan datang hingga menunggu pukul 12.00 wib belum dipanggil-panggil, sementara yang baru datang karena kenal dengan panitia duluan mencoblos, saya kesal, karena kasian dengan istri saya makanya terpaksa saya protes kemeja panitia," katanya.

Hal senada juga dikatakan Yadi (40) ia datang sejak pukul 07.00 Wib untuk mencoblos, namun karena ada masalah surat suara presiden dan wakil presiden tidak ada terpaksa waktu pencoblosan ditunda.

"Namun dari pagi menunggu hingga pukul 12.00 Wib ini nama saya belum dipanggil-panggil, mereka mendahulukan yang kenal dulu, seharusnya disesuaikan dengan antrian, setelah tadi di protes kedepan baru nama kita dicari dan ini masih menunggu panggilan untuk mencoblos," katanya yang tampak kesal.

Dengan demikian lanjutnya tampak terkesan pihak panitia tidak profesional dan terkesan tebang pilih.

"Saya kasian melihat ada beberapa lansia yang sakit yang sudah lama menunggu namun tidak dipanggil, sedangkan yang baru datang dan memberikan undangan langsung dipanggil untuk mencoblos," pungkasnya.

Sementara itu, 

Banyak kesemerawutan selama penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2019 di Sumatera Selatan hari ini.

Mulai dari logistik yang tak kunjung datang, surat suara habis sampai berkelahi. Berikut fakta-fakta yang Tribunsumsel.com kumpulkan sampai pukul 13.30

1. Logistik tak kunjung sampai di TPS.

Sejumlah TPS di wilayah PPS Tanah Mas dan Kenten Laut Banyuasin Sumatera Selatan sampai pukul 11.00 belum juga menyelenggarakan pencoblosan.

Padahal petugas KPPS sudah siap sejak pagi.

Usut punya usut ternyata distribusi logistik surat suara dari KPU Banyuasin dan PPK di bawahnya baru datang pagi hari.

Alhasil banyak warga yang ingin mencoblos urung.

Petugas KPPS di TPS sempat bingung. Tak mau menunggu lama petugas KPPS berangkat ke kantor PPS menjemput logistik pemilu.

"Ini bukan lambat dari kami tapi dari atas (PPK dan KPU), Logistik baru tiba di PPK pukul 06.40 kemudian mungkin ada proses sortir disana. Dan baru tiba di sekretariat kami pukul ‎09.40 WIB," ungkap Joko Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Tanah Mas Kecamatan Talang Kelapa, Joko.

Ia mengaku kemudian berinisiatif meminta Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk menjemput logistik ke sekretariat PPS agar distribusi berlangsung lebih cepat.

2. Surat Suara Pilpres Kurang

Sejumlah TPS di kecamatan Ilir Timur II, kehabisan surat suara pemilihan presiden.

Seperti yang terjadi di TPS 11 dan TPS 14 Kelurahan sungai buah kecamatan Ilir Timur II Palembang, Rabu (17/4/2019).

Bahkan sempat terjadi cekcok yang berujung ketegangan antara warga yang hendak mencoblos dengan Panitia Pemungutan Suara (PPS).

Hasbi, salah satu warga di kelurahan Sungai Buah mempertahankan bagaimana bisa terjadi kekurangan surat suara.

"Bagaimana ini, kok bisa kurang. Pemilu jangan dipermainkan," tegasnya pada petugas PPS.

"Apanya yang mau dipilih. Pemilu ini kan inti utamanya mau pilih presiden. Tapi kok surat suaranya bisa habis,"sambungnya.

Tak hanya mempertanyakan soal surat suara, warga juga mempertanyakan proses pencoblosan yang masih tetap dijalankan oleh petugas. Padahal, surat suara untuk pemilihan presiden sudah habis.

"Harusnya jangan disuruh coblos dulu. Nanti selesaikan dulu permasalahan ini, baru dicoblos ulang," ujarnya.

Pantauan Tribunsumsel.com di lapangan, warga di kelurahan sungai buah banyak yang mengurungkan niatnya untuk mencoblos dan lebih memilih pulang ke rumah.

3. Ketua KPPS Ditusuk Anak Pak RT

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan suara (KPPS) TPS 8 Kecamatan Selangit Kabubaten Musirawas ditusuk saat sedang bertugas.

Penusuknya anak ketua RT setempat.

Hal itu diungkapkan Kapolda Sumsel, irjen Pol Zulkarnain Adinegara saat meninjau TPS 58, Palembang.

"Untuk pemilu saat ini aman-aman saja, tapi ada kabar penusukan di TPS 8 Musirawas oleh anak ketua Rt setempat," ujar Kapolda, Rabu (17/4/2019).

Dari data yang dihimpun kejadian penusukan terjadi pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB.

Kejadian terjadi tepat di depan TPS 8, dikarenakan Korban Rio Habibi sebagai ketua KPPS dicurigai menyimpan kunci gembok kotak suara oleh anak Ketua RT 6, Febri Bin Arpan.

"Rio Habibi sebagai ketua KPPS 8 mengalami luka ringan, korban sadar. Pelaku nama Febri bin Arpan. Saat itu anak ketua RT sedang mencari kunci gembok kotak suara namun baru ketemu dua dia curiga cuma dua dan satunya disimpan oleh ketua KPPS," ujarnya.

Beruntung korban dapat diselamatkan. Pihak keamanan setempat langsung menangkap pelaku dan membawa korban ke klinik setempat untuk dilakukan perawatan.

"Korban dibawa ke Puskesmas Selangit, motif pelaku curiga bahwa anak kunci yang dipegang oleh ketua TPS Rio Habibi sebanyak 2 buah, pelaku mencurigai bahwa anak kunci ada 3. Saat ini pihak kepolisian tengah memeriksa pelaku lebih lanjut," ujar Kapolda.

Komentar KPU Sumsel

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumsel memastikan, sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di kota Palembang kekurangan surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres), Rabu (17/4/2019).

TPS yang kekurangan surat suara itu akan dilakukan Pemilu susulan.

Hal ini disampaikan ketua KPU Sumsel Kelly Mariana, setelah menggelar rapat koordinasi dengan KPU Palembang, terkait laporan beberapa TPS yang mengalami kekurangan surat suara Pilpres.

"Untuk yang kekurangan atau tidak ada surat suara seperti Pilpres, maka di stop pemberian surat suara Pilpresnya (hari ini), dan untuk 4 pemilu lainnya (DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, dan Kota) dilanjutkan."

"Nanti akan dilakukan pemilu susulan khusus untuk Pilpres," kata Kelly, Rabu (27/4/2019).

 Tidak Punya Form A5, Keluarga Pasien di RS Charitas Palembang Kecewa Tidak Bisa Memilih

 Hapit Ibrahim Antre 10 Menit di TPS, Berharap Presiden Terpilih Perhatikan Sepakbola Indonesia

Sebelumnya, kesiapan penyelenggara pemilu untuk menyukseskan Pemilu serentak dipertanyakan.

Pasalnya saat hari pelaksanaan pemilu sangat protes akibat kekurangan logistik dan kejanggalan.

Mulai dari surat suara yang tercoblos hingga kurangnya surat suara pilpres di banyak TPS.

Bakri, Petugas KPPS di TPS 044 mengatakan, sejak pagi pihaknya hanya menerima 145 lembar surat suara pilpres, dari total surat suara yang dibutuhkan 291 surat suara.

Tampak pemilih maju kedepan mengajukan protes kepada pihak panitia yang terkesan tebang pilih saat memanggil untuk

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved