Saat Desa di Indonesia Banyak Terbantu, Desa Ini Malah Tolak Dana Desa Rp 2,5 Miliar, Ini Alasannya
Saat Desa di Indonesia Banyak Terbantu, Desa Ini Malah Tolak Dana Desa Rp 2,5 Miliar, Ini Alasannya
Saat Desa di Indonesia Banyak Terbantu, Desa Ini Malah Tolak Dana Desa Rp 2,5 Miliar, Ini Alasannya
TRIBUNSUMSEL.COM - Suku Baduy menolak bantuan dana desa yang dikucurkan pemerintah.
Masyarakat adat Baduy di Desa Kanekes ini menolak dana desa senilai Rp 2,5 miliar.
Dana desa tersebut dikucurkan guna untuk pembangunan infrastruktur guna menunjang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
• Akhirnya Terungkap, Ibu ini Beberkan Alasan Emak-emak Hidupkan Sein Kanan Tapi Belok Kiri
• Kubah Masjid Agung Palembang Rusak Sehingga Bocor saat Hujan, Butuh Biaya Perbaikan Rp 1 Miliar
Dikutip GridHot dari antaranews, penolakan ini dikarenakan pembangaunan dikhawatirkan akan merusak kelestarian adat.
Hal ini dikatakan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD) Pemkab Lebak Rusito.
"Penolakan itu, karena pembangunan dikhawatirkan merusak kelestarian adat," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Pemkab Lebak Rusito.
Penolakan dana desa sebesar Rp 2,5 miliar ini ditolak atas keputusan adat Suku Baduy.
Pemda sangat menghormati dan menghargai keputusan adat warga Suku Baduy ini.
Dana desa tersebut kini masuk ke anggaran kas daerah dan tidak bisa dikembalikan ke pemerintah pusat.
Dana desa masyarakat adat Baduy ini kemungkinan akan digunakan untuk pengalokasian tahun 2020 untuk desa lain.
"Kami sangat menghargai dan menghormati penolakan masyarakat Baduy itu," kata Rusito.
Masyarakat Baduy khawatir jika mereka menerima dana desa ini maka akan berimbas kepada nilai-nilai budaya dan adat mereka.
Selama ini pemukiman adat Baduy seperti di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar sangat tertutup dari kehidupan modern, termasuk pembangunan jalan, penerangan listrik dan alat-alat elektronik.
Selain itu, masyarakat Baduy juga sangat patuh dan taat terhadap leluhurnya.
Suku Baduy sendiri merupakan suku asli dari Provinsi Banten, tepatnya Kabupaten Lebak.
• 16 Jam Uplod di Youtube Lagu Demi Tuhan Aku Ikhlas Armada Ftm Ifan Seventeen Tembus 1,6 Juta View
• Viral Dua Warga Cengkareng Barat Cekcok Gara-gara Masakan Babi, Akhirnya Berujung Seperti Ini
Suku Baduy sangat menjaga budaya dan tradisi.
Suku Baduy sendiri terdiri dari 2 kelompok, yaitu suku Baduy dalam dan suku Baduy luar.
Kelompok Baduy dalam atau Tangtu ini adalah kelompok yang tinggal di dalam hutan dan juga paling patuh pada aturan yang sudah ditetapkan oleh kepala adat mereka.
Ciri khas dari suku Baduy dalam ini adalah pakaiannya yang tidak berkancing dan berkerah, tidak memakai alas kaki, dan pakaiannya berwarna putih atau biru tua.
Suku Baduy dalam ini juga tidak mengenal teknologi, uang dan sekolah sehingga hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa asli mereka, yaitu bahasa Sunda dan membaca huruf atau aksara Hanacara.
Karena tidak boleh menggunakan peralatan dari luar tempat tinggal mereka, maka suku Baduy dalam ini membuat sendiri jembatan bambu di desa mereka, lo!
Berbahan bambu dan ijuk untuk mengikat bambunya menjadi satu, mereka memiliki jembatan bambu yang kuat.
Berbeda dari suku Baduy dalam, suku Baduy luar ini tinggal di daerah yang letaknya mengelilingi wilayah tinggal suku Baduy dalam.
Suku Baduy luar ini juga sudah mengenal kebudayaan luar seperti sekolah dan uang.
Karena sudah mengenal uang, maka teman-teman bisa melihat beberapa orang suku Baduy luar pergi untuk menjual madu hutan.
Pakaian yang dipakai oleh suku Baduy luar ini juga berbeda dengan suku Baduy dalam, yaitu berwarna putih.
Jika ingin melihat secara langsung kehidupan suku Baduy, kamu bisa berwisata ke kampung Baduy yang ada di Lebak, Banten.