Berita Ogan Ilir

Potret Kemiskinan Warga Pemulutan Ogan Ilir, Nuraini Tinggal di Gubuk Hampir Roboh dan Tak Beratap

Sungguh memprihatikan keadaan rumah atau gubuk milik Nuraini (41) warga Dusun I Kelurahan Ibul Besar 3 Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir

Tribunsumsel.com/ Shinta
Potret Kemiskinan Warga Pemulutan Ogan Ilir, Nuraini Tinggal di Gubuk Hampir Roboh dan Tak Beratap 

Potret Kemiskinan Warga Pemulutan Ogan Ilir, Nuraini Tinggal di Gubuk Hampir Roboh dan Tak Beratap

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sungguh memprihatikan keadaan rumah atau gubuk milik Nuraini (41) warga Dusun I Kelurahan Ibul Besar 3 Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir.

Nuraini sosok janda beranak satu ini tinggal di rumah yang terbuat dari bahan kayu.

Lebih cocoknya gubuk bukan rumah yang tidak layak di huni ini hanya berukuran 4x9 meter.

Sangat mirisnya, kondisi tempat tinggal Nuraini dalam keadaan miring hampir roboh.

Diketahui Nur, panggilannya tinggal di rumah bersama anak semata wayangnya dan satu keponakan.

Bahkan, akses menuju rumah Nuraini cukup sulit untuk ditempuh oleh kendaraan.

Download (Unduh) Lagu MP3 Sholawat Nissa Sabyan dan Gus Azmi Paling Populer, Ada Video Klip

Penjualan Buku Kisi-Kisi Terbaru UN dan USBN Banyak Diburu Pelajar di Palembang

Untuk mobil sama sekali tak bisa masuk kesana, hanya kendaraan roda dua saja yang bisa melewatinya.

Jalan menuju rumah Nuraini juga tak ada aspal mirip seperti menelusuri hutan.

Di musim hujan, tanah merah yang lengket akan menempel di motor.

Saat Tribunsumsel.com menyambangi rumahnya, bertepatan tengah turun hujan.

Rumah Nuraini yang bagian hanya ditutupi oleh terpal.

Begitupun atap rumah yang terbuat dari susunan daun nipah sudah banyak yang bolong dimakan usia, sehingga rintik hujan jatuh membasahi bagian dalam rumah yang hanya beralas kayu dan telah bercampur dengan tanah lumpur.

Iwan Bocorkan Rahasia Love Bird Harapan Jaya Sering Juara Berbagai Ajang Bergengsi Nasional

Jarang Terekspos, Begini Potret Terbaru Aktris Cantik Ayushita Personil BBB Menginjak Usia 30 Tahun

"Dulu rumah ini panggung, tapi sekarang sudah roboh, lantainya sekarang sudah rata dengan tanah,"ujar Nuraini pada Tribunsumsel.com, Rabu (6/2/2019).

"Maaf ya, kena air hujan. Kalau hujan memang seperti ini keadaanya. Kadang-kadang kalau hujannya deras, bisa sampai banjir sebatas paha,"tambahnya

Nur mengaku sudah tinggal di rumah ini sejak dua tahun lalu.

Tepatnya setelah dia berpisah dengan suaminya.

"Rumah ini peninggalan almarhumah ibu saya. Setelah cerai, sempat ngontrak tempat lain, tapi kemudian saya tidak sanggup untuk bayar sewanya. Ya sudah akhirnya sama anak kembali kesini,"katanya.

Sehari-hari keluarga ini hidup tanpa ada aliran listrik. Saat malam, penerangan rumah hanya bergantung pada cahaya lilin.

Aliran air ledeng pun tidak dia rasakan.

Sehari-hari keluarga ini mandi dengan memanfaatkan air rawa yang ada di sekitar rumahnya.

"Untuk minum kami beli air, soalnya air rawa itu tidak layak diminum,"ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Nur bekerja serabutan. Terkadang menjadi pemulung atau juga ikut kerja berjualan di Pasar Sayangan 16 Ilir.

Anak semata wayangnya pun saat ini sudah tidak mengenyam bangku pendidikan. Terbentur permasalahan biaya, Dani, anak Nur terpaksa harus putus sekolah saat di kelas VIII SMP.

"Penghasilan saya tidak menentu, kadang-kadang 20 ribu atau 30 ribu. Tapi sekarang sudah dibantu anak. Dia kerja di cucian mobil, lumayan hasilnya bisa bantu-bantu biaya makan. Tapi hasilnya juga tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit, namanya kerja sama orang lain,"ungkapnya.

Menurut penuturan Nur, sama sekali tidak ada bantuan dari orang lain pada keadaan yang dialaminya saat ini.

"Pertama saya tidak mau menyusahkan orang lain, kedua juga karena warga disini bisa dikatakan kurang memperhatikan satu sama lain.

Jadi mau bagaimana lagi, saya cuma jalani saja pahit manisnya dirasakan sendiri," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Sama seperti kebanyakan orang, Nur juga berharap bisa memiliki kehidupan layak.

Rumah yang pantas untuk dihuni dengan adanya aliran listrik dan air ledeng adalah impian sederhana yang selama terpendam dalam hatinya.

"Ya, itulah impian saya. Rumah tidak bolong-bolong, kalau hujan tidak kedingingan, kalau panas tidak kepanasan. Saya berharap bisa punya rumah yang sama seperti orang kebanyakan, rumah yang layak dihuni,"ujarnya dengan suara serak menahan tangis.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved