Evakuasi Menegangkan Buaya Pemakan Manuasia di Sulut, Bobotnya 600 Kilogram

Tiga Buaya dievakuasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Utara dalam sepekan terakhir.

Editor: Prawira Maulana
Tribun Manado
Petugas Pemandian Jenazah Syok! Seperti Ini Kondisi Jasad Deasy Tuwo yang Tewas Dimangsa Buaya Peliharaan Bosnya 

TRIBUNSUMSEL.COM - Tiga Buaya dievakuasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Utara dalam sepekan terakhir.

Buaya pertama, dievekuasi dari bekas rumah makan Pondok Bambu Mapanget, Kota Manado.

Buaya kedua dievakuasi lokasi perusahaan CV Yosiki di Desa Ranowangko, Kabupaten Minahasa, pada Senin (14/1/2019)

 

Buaya milik warga negara Jepang ini dievekuasi setelah memakan manusia, pada Jumat (11/1/2019).

Peristiwa ini menjadi heboh.

Buaya ketiga divekasui di Desa Teling Kabupaten Minahasa, pada Rabu (16/1/2019).

Susasana menegangkan terjadi saat proses evakuasi ketiga binatang predator pemakan daging atau karnivora.

Nantinya buaya tersebut akan dibawa ke Pusat Penangkaran Satwa Tasikoki yang berlokasi di Kota Bitung.

Berikut kisahnya:

1. Evakuasi Buaya di Mapanget Butuh 2 Jam

Tim BKSDA Sulut mengevakuasi seekor buaya di Mapanget, Jumat (11/1/2019).
Tim BKSDA Sulut mengevakuasi seekor buaya di Mapanget, Jumat (11/1/2019). (ISTIMEWA)

Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Sulawesi Utara,, menyelamatkan seekor buaya di Mapanget pada  Jumat (11/1/2019)

Hendrik Rundengan, personel BKSDA Sulawesi Utara, mengatakan, penyelamatan berlangsung di bekas rumah makan Pondok Bambu Mapanget.

Butuh waktu dua jam bagi tim untuk bisa menyelamatkan buaya tersebut.

 

"Karena berada di air, butuh tenaga ekstra menyelamatkan buaya ini," ujarnya.

Tim BKSDA Sulut turun ke lokasi karena warga langsung melapor ke balai karena resah dengan keberadaan buaya ini.

Warga tak bisa seenaknya memelihara satwa liar, harus ada izin dari pihak berwenang.

Dari izin inilah akan ditinjau kelayakan lokasi dan hal-hal yang mendukung lainnya.

"Harus ada izin, ada aturan yang mengatur tentang itu. Tak bisa sembarang," ujar Hendrik.

2. Butuh lebih 20 orang evakuasi buaya pemakan manusia

Buaya Pemangsa Deysi dievakuasi
Buaya Pemangsa Deysi dievakuasi (Tribun manado / Andrew Pattymahu)

Tidak mudah mengevakuasi buaya pemakan Deasy Tuwo dari kolam di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Senin (14/1/2019).

Banyak orang terlibat dalam evakuasi yang dipimpin Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.

Buaya dengan bobot 600 kilogram dan panjang sekitar 5 meter tersebut hendak dibawa ke Pusat Penangkaran Satwa (PPS) Tasik Oki di Desa Pimpin, Kecamatan Kema, Minahasa Utara.

Selain tim dari BKSDA, evakuasi juga melibatkan masyarakat setempat dan anggota TNI dari Koramil 1302-07/Tombariri.

Satu di antara anggota TNI yang terlibat adalah Serda Arsyad.

Dia menceritakan ketegangan mengevakuasi reptil raksasa tersebut. Namun, saat buaya berhasil dievakuasi sorakan masyarakat yang menonton pun menggema.

Baca: WN Jepang Pemilik Buaya Pemakan Manusia Masih Diburu Polisi, Ini Kejanggalan Kematian Deasy Tuwo

"Ini pengalaman besar dan pertama kali saya ditugaskan untuk taklukan buaya dan mengambil bagian dalam evakuasi," tutur Arsyad.

Saat ditugaskan komandannya untuk membantu masyarakat setempat dan petugas BKSD, dengan semangat pria yang juga berugas sebagai bintara pembina desa (babinsa) desa setempat itu turun berjibaku menaklukkan sang buaya.

Ia mengaku sejak awal peristiwa naas tersebut, Arsyad turun melakukan kontrol, monitor dan menongkrongi tempat kejadia perkara di CV Yosiki atau tempat pembibitan mutiara milik warga Jepang.

Dia menceritakan proses evakuasi secara manual, pakai tali nilon, tali kapal, lem lakban dan selembar papan.

Awalnya mulut predator pemangsa itu diikat dengan tali, kemudian bersama-sama puluhan orang menahan seluruh bagian buaya dari kepala sampai ekor.

Tak mau kalah dengan serangan puluhan orang, sang buaya melakukan perlawanan.

 

Diceritakan Arsyad, buaya itu terus-menerus meronta, menggerakkan seluruh badannya untuk melawan serangan manusia.

"Satu gigi bagian depan buaya itu sempat lepas," kata Arsyad.

Butuh waktu cukup lama, 3 sampai 4 jam, barulah kerja keras dan gotong royong membuahkan hasil, buaya itu berhasil dievakuasi.

Arsyad bercanda, mungkin sang buaya sudah capai sehingga perlawannya terhenti dan merelakan dirinya untuk diangkut keluar dari kandang.

Buaya kemudian diperban mulutnya dengan lakban dan dipasangi papan pada bagian bawah tubuhnya, kemudian secara perlahan-lahan dikeluarkan dari sarangnya.

"Evakuasi tidak diangkat ke atas, karena sangat tidak mungkin terjadi dengan kondisi dalam sarangnya dan bobot berat buaya. Sehingga kami membobol sarangnya sebagai jalur evakuasi," kata dia.

 

Buaya besar yang menerkam Deysi Tuwo.
Buaya besar yang menerkam Deysi Tuwo. (Tribun Manado)

Rasa capai dan kelelahan bertarung melawan buaya itu akhir terbayar tuntas.

Arsyad salut dan berterima kasih kepada warga, petugas BKSDA, dan anggota koramil yang sudah membantu masyarakat mengevakuasi buaya itu.

Kata dia, mereka adalah orang-orang yang terpilih untuk tugas tersebut bukan orang sembarang; semuanya berbadan kekar dan kuat-kuat.

"Saya secara pribadi merasa senang bisa berhasil menangkap buaya tersebut, walaupun di dalam hati saya merasa waswas, sebab hewan ini adalah tergolong dalam binatang buas. Bagaimana tidak, kita ketahui bersama bahwa beberapa hari yang lalu hewan ini telah memangsa seseorang, namun demikian saya merasa bangga sebab sudah bisa menjinakkan buaya tersebut," tandasnya

Sebelumnya, heboh peristiwa buaya makan manusia yang terjadi di Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa pada pada Jumat (11/1/2019)

Deasy Tuwo (44), karyawan CV Yosiki, perusahaan pembibitan mutiara ditemukan tewas mengenaskan di kolam buaya milik Ochiai Sensei, warga negara Jepang.

Ochiai Sensei merupakan pemilik perusahaan CV Yosiki.

Jasad korban pertama kali ditemukan sudah tak bernyawa oleh rekan sekerjanya, Erling Rumengan (37).

Isi perut, dada hingga tangan kanan korban sudah dicabik buaya yang berusia 20 tahun bernama Merry itu.

Kabar buaya peliharaan menyerang manusia  menjadi viral di Facebook pada Jumat (11/1/2019)

Erling Rumengan (37) warga Desa Ranowangko menemukan jasad Deasy Tuwo.

Saat itu, Erling Rumengan mencari dan mengecek ke lokasi CV Yosiki.

 
Dia bersama rekannya mengecek ke dalam lokasi perusahaan kemudian masuk ke dalam areal perusahaan pembibitan mutiara tersebut sesampainya di dalam tidak ada orang yang ditemukan.

Para mantan teman sekerja Deasy memang sedang mencari keberadaan korban karena ditelepon Ochiai Sensei untuk melihat kondisi lokasi perusahaan.

Pasalnya korban disebutkan tak mengangkat telepon Ochiai Sensei

Namun, mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada diatas kolam tempat peliharaan seekor buaya.

3. Buaya Berusia 17 Tahun

Seekor buaya berusia 17 tahun dievakuasi dari Desa Teling Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara pada  Rabu (16/1/2019).
Seekor buaya berusia 17 tahun dievakuasi dari Desa Teling Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara pada Rabu (16/1/2019). (ISTIMEWA)

Seekor buaya berusia 17 tahun dievakuasi dari Desa Teling Kabupaten Minahasa,  pada  Rabu (16/1/2019).

Proses evakuasi dilakukan oleh tim BKSDA Sulut yang dipimpin Kasat Polhut Teny Rondonuwu.

Turut dalam evakuasi tersebut Polsek Tombariri dan Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki

Evakuasi ini berawal dari informasi masyarakat ke Polsek Tombariri

Polisi kemudian melakukan koordinasi dengan pihak terkait dan mendatangi pemilik buaya Keluarga Makisurat- Ruasey.

Buaya tersebut sudah dipelihara sejak tahun 2002 di Desa Teling, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.

"Keluarga memberikan keterangan kepada kami bahwa awal buaya tersebut berada di dalam pengawasan keluarga tersebut adalah mereka membeli seharga Rp 100 ribu dari penjual yang sudah tidak diingat lagi nama penjualnya," kata Kapolres Tomohon, AKBP Raswin Sirait.

Lanjut Sirait, penjual warga Tateli Kecamatan Mandolang mendapatkan buaya tersebut pada saat sedang mencari udang di Sungai Buntong Tateli.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved