Paket dari Cina Berisi Narkoba, Viral Sejak September 2018, Ini Fakta Sebenarnya Dipastikan Hoax
Kabar yang beredar lewat WhatsApp soal paket 'nyasar' dari seorang bernama Tang Li, semakin viral, dan terus menggelinding dari satu orang
Dikutip dari Tribun Medan, teror paket asal China menghantui warga Kota Medan.
Bahkan kali ini tidak tanggung-tanggung yang menjadi sasaran Kantor Bawaslu Sumut.
Dua paket yang dihantarkan jasa pengiriman J&T ini, ditujukan ke Kantor Bawaslu Sumut Jalan Haji Adam Malik No 193, dengan penerima Ketua Bawaslu Sumut Syafrida R Rasahan.
Salah satu kurir yang mengantar paket ini adalah karyawan jasa pengiriman J&T, Doni (24) warga Jalan Starban.
Menurut Doni, pada Rabu (19/9/2018), setidaknya ada 5 paket serupa asal China yang diantarkan di seputaran Kota Medan.
"Ada 5 paket hari ini yang saya antarkan, rata-rata di kawasan Medan Petisah. Ada Jalan Waringin, Jalan Sekip dan beberapa lagi. Pengirimnya sama Tang Li asal China," ujar Doni.
Bukan Narkoba
Nah, satu informasi salah atau hoax yang beredar via hoax adalah isi paket tersebut.
Di WA, disebutkan bila isi paket itu adalah narkoba asal China.
Keterangan ini jelas membuat masyarakat cemas.
Padahal, isi dalam paket itu ternyata bukan narkoba.
"Di keterangan barang ada sepatu, dan lainnya, ukuran barang juga berbeda-beda, ada besar dan ada kecil" kata Doni, karyawan J&T yang ikut mengirim paket tersebut ke penerima.
Doni pun mengaku menyaksikan langsung isinya, karena ada penerima yang membuka langsung, bahkan membayarnya.
"Rata-rata penerima komplain semua, mereka bilang tidak ada memesan barang yang diantarkan. Tapi ada juga yang langsung dibuka dan bayar, isinya seperti cincin dan sepatu," sambungnya.
Sementara di Jogja, polisi juga telah memastikan isinya bukan narkoba.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya memastikan paket Tang Li yang sempat beredar di Jogja adalah jam tangan.
“Secara cepat ditangani tim dari Bareskrim dan Polda DIY. Jadi clear. Kembali masyarakat untuk tidak mudah percaya berita hoaks yang disebarkan seseorang di medsos,” kata Dedi.