Hari Ibu 2018
Peringati Hari Ibu 22 Desember 2018, Berikut 5 Puisi Mengharukan Untuk Ibu Tercinta
Hari Ibu 22 Desember 2018, Berikut 5 Puisi Mengharukan untuk Ibu Tercinta, Ibu merupakan orang yang paling spesial dalam hidup seorang anak
Penulis: Abu Hurairah |
TRIBUNSUMSEL.COM - Hari Ibu 22 Desember 2018, Berikut 5 Puisi Mengharukan untuk Ibu Tercinta
Ibu merupakan orang yang paling spesial dalam hidup seorang anak.
Seorang ibu rela melakukan apapun untuk anaknya.
Bicara soal ibu, memasuki akhir tahun tepatnya tanggal 22 Desember 2018 mendatang akan diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
• Hubungannya Tak Direstui sang Ibu, Angbeen Rishi Beberkan Penyebabnya, Ternyata
• Gagal Bawa Sriwijaya FC Bertahan di Liga 1, Alfredo Vera Kini Jadi Pemain Bola di Argentina
Peringati hari ibu dirayakan bertujuan untuk menghargai semangat dan jasa-jasa seorang ibu.
Nah di Hari Ibu Tahun 2018 ini, tidak ada salahnya buat kamu memberikan sebuah puisi mengharukan untuk ibu tercinta.

Buat yang bingung ingin memberikan puisi untuk Ibu, berikut ini Tribunsumsel.com mengutip dari berbagai sumber bisa menjadi referensi.
Inilah 5 Puisi Mengharukan Untuk Ibu Tercinta
1. Tak Terganti
Ketika kupandang lekat pada sudut matamu
Tersimpan derita yang begitu mendalam
Aku tahu di sana banyak tersimpan air mata untuk kami anakmu
Air mata yang telah kami lakukan
Ibu
Engkau selalu berharap kami anakmu yang kan jadi nomor satu
Namun sering kali kami melawan dan melalaikan perintahmu
Kami selalu membuatmu bersedih
Mulai sekarang aku bertekad untuk menghapusair matamu...
dan menggantinya dengan canda dan tawa
Terima kasih Ibu
Kau takkan pernah tergantikan di dalam hati kami anakmu
2. Bunda, Ku Rindu Kau (Oleh Ama Gusti Azis)
Waktu itu,
Aku melihat senyummu di kala Dhuha
Burung burung menyambut langkahku
Berkicau kicau mendesah sebuah nada yang elok nan indah
Oh bunda, kau cantik sekali di pagi ini
Teringat kenangan manis melambai lambai
Tak pernah kabur dari simpanan memoriku
Untaian kata lembut terngiang ngiang di udara pikiranku
Oh bunda, Kau yang terindah
Terpeleset pikiranku lama tak berjumpa
Sekian lama tak tersentuh kabarmu
Maafkan bila tak menyapa lebih dekat
Jauh nian diriku tak melihatmu
Wajahmu di awan selalu menghantuiku
Oh tuhan, lindungilah dia
Maafkan daku,
Belum bisa terbang kesana..
Oh Bunda, Ku Rindu Kau
3. Bunda dalam Cahaya (Oleh Romadona)
Dia wanita bernama cahaya
Hatinya memancar
Tergurat dalam doa-doa
Tangan Kecilnya mengantar kami
di gerbang cahaya
Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka
Bahkan dia menempuh tanpa
batas rasa
Dia-lah Ibu dari segala cahaya
Ibu dari semua luka kami
Ibu dari Jejak yang terukir
dalam tinta sejarah
#Bunda Dalam Cahaya
#Untuk Bunda-ku dan Bunda-Bunda Terhebat yang kalian miliki
Ada beberapa orang yang terkadang sulit mengekspresikan perasaan sayang nya, dengan alasan malu atau memang tidak dididik dengan pola asuh yang terbuka, tetapi jika perasaan itu untuk ibunda kita sendiri, sosok palingberhargadan berjasa, rasanya tidak ada alasan untuk tidak mengungkapkannya.
Hal itu tentulah akan membuat beliau terharu dan merasa jasanya dihargai.
Semoga kumpulan Puisi Ibu di atas bermanfaat untuk siapapun yang membacanya
4. Ibu (Karya : Emon/ Kurniawati Budiningrum. Surabaya, 2 Pebruari 2017)
Ibu
Lahirkan aku
Korbankan diri untukku
Ingin aku balas cintamu
Ibu
Membelai aku
Obati rasa sakitku
Lindungi bahaya yang mengancamku
Ibu
Rasa sakitmu
Ingin aku gantikan
Dengan canda dan senyuman
Ibu
Aku ketakutan
Saat merasa kehilangan
Wanita terindah di hatiku
Ibu
Kau pelitaku
Penyejuk hati piluku
Menegarkanku selalu kala sendu
Ibu
Jutaan cerita
Kita ukir bersama
Tak peduli apa rasanya
Ibu
Tetaplah bersamaku
Lengkapi tiap hariku
Jadilah bidadari di hidupku
5. Dosaku Ibu (karya: Senja Putra)
Berbagai macam rasa
kesalku hadir
karena larangan darimu
amarahku menggebu-gebu
dibuai bisikan-bisikan
busuk yang ku izinkan
masuk dalam otak
mendorong dan
menaklukkan dinding
emosiku
tidak kupandang wajahmu
ketika itu...
aku lontarkan kata dan
sumpah serapah
Aku tantang matamu yang
sayu
menyalahkan dirimu...
Kau hanya diam dan
terpaku Ibu..
sabar, walau hatimu perih
bagai diserang sejuta belati
menusuk hati
sampai aku puas dan lelah.
Engkau hanya tersenyum
lalu beranjak pergi
Ibu.... aku terhenyak dan
sadar dari sikap busuk..
bahwa tiada pantas sedikit
pun aku berbuat seperti
itu.
Celakalah bagiku. Maafkan
aku Ibu maafkan aku.. Marahi aku Ibu..
Aku mencintaimu Ibu. (*)