Berita Lubuklinggau

Gara-gara Cungkil Gusi Pakai Jarum dan Peniti, Pria di Lubuklinggau Ini Mengidap Tumor

Heri menuturkan tumor jinak yang dialaminya bermula tahun 2010 lalu. Saat gigi rahang bagian kanannya goyang, lalu ia memutuskan mencabutnya

Penulis: Eko Hepronis |
Tribun Sumsel/ Eko Hepronis
Heri (kiri) didampingi Indri (kanan) bibinya saat akan menemui Wali Kota Lubuklinggau 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis.

TRIBUNSUMSEL. COM, LUBUKLINGGAU-Dengan pipi bengkak dan ditutupi sapu tangan, Heri (25) mendatangi Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau untuk meminta bantuan.

Warga RT 05, Kelurahan Mesat Jaya, Kecamatan Lubuklinggau Timur II itu datang meminta bantuan operasi tumor jinak yang dialaminya delapan tahun terakhir.

Heri menuturkan tumor jinak yang dialaminya bermula tahun 2010 lalu. Saat gigi rahang bagian kanannya goyang, lalu ia memutuskan untuk mencabutnya.

Baca: Herman Deru Usul Pasang Stiker Tanda Kendaraan Belum Bayar Pajak Supaya Orang Malu Belum Bayar Pajak

Baca: Gunung Gamalama Meletus, Warga Ternate Diminta Tenang dan Tidak Mudah Percaya Info Tak Jelas

"Awalnya nyabut gigi, setelah dicabut gusinya tertinggal, karena risih saya congkel-congkel pakai jarum pentol dan peniti, akhirnya infeksi," terangnya saat dibincangi Tribunsumsel.com, Kamis (04/10).

Lama-lama kelamaan infeksi gusinya terus membengkak, pihak keluarga pun membawanya ke dokter, setelah menjalani pemeriksaan, dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

"Saat itu tahun 2014, namun saat itu saya takut, karena salah satu jalannya harus ganti rahang. Diganti pakai rahang palsu, mendengar diganti rahang palsu, saya tidak mau," ujarnya.

Baca: Ingat Lala, Cewek Bersepeda ini di Film si Doel Anak Sekolahan, Begini Kabarnya Sekarang

Baca: Berawal dari Bisikan Sosok Ini, Ratna Sarumpaet Akhirnya Pilih Berbohong Soal Operasi Plastik

Karena Heri tidak mau dioperasi, akhirnya pihak keluarga menyarankannya untuk berobat ke dukun, namun, selama tiga tahun menjalani pengobatan tidak ada perubahan sama sekali.

"Selama berobat dengan dukun kampung, karena makin membesar akhirnya Heri mau dioperasi," timpal Indri (27), bibi Heri yang mendampingi.

Namun, karena kondisinya sudah semakin parah, proses operasinya tidak bisa dilakukan di Lubuklinggau melainkan harus dilakukan di Palembang, itulah sebabnya mereka meminta bantuan Pemkot Lubuklinggau.

"Harapannya pak Wali Kota Lubuklinggau mau membantu meringankan beban pengobatan anak kakak saya ini," terangnya.

Baca: Bukan Rekening Pribadi, Ratna Sarumpaet Bayar Oplas Pakai Rekening Bantuan Korban KM Sinar Bangun

Baca: Di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Akan Dibangun Patung Jokowi, Ini Filosofinya

Wali Kota Lubuklinggau, SN Prana Putra Sohe mengaku sudah menerima keluhan dari Heri dan keluarganya.

Ia mengatakan sesuai dengan program Kota Lubuklinggau maka Heri akan memperoleh bantuan transportasi.

"Untuk operasinya dia menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS), kita memberikan bantuan transportasi kepada Heri, jumlahnya variasi sesuai dengan daerah tujuan berobat," ungkapnya.

Uang pendampingan seperti yang diberikan kepada Heri terbuka untuk umum, semua masyarakat Lubuklinggau berhak memperolehnya, asalkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Kalau ke Palembang bisa Rp 1-2 juta, itu untuk makan dan biaya menginap selama mereka pengobatan, bahkan kita pernah membantu masyarakat kena penyakit jantung, karena pengobatannya di Jakarta kita berikan pendamping sebesar Rp 30 juta," terangnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved