Prediksi Conor McGregor vs Khabib Nurmagomedov: Saat Ejekan Conor McGregor Tak Berarti Apa-apa
Melatih diri tanpa banyak omong memang pilihan bagi Conor McGregor sekarang. Jangan sampai terlalu banyak diawal tapi melempem saat bertarung.
Penulis: Prawira Maulana |
Opini : Wartawan Tribun Sumsel Prawira Maulana
SEBAGAI titik awal, sebelum anda menyelesaikan membaca habis tulisan ini, saya tegaskan: saya berada di pihak Khabib Nurmagomedov.
Lebih banyak mengelu-elukan Khabib. Conor hebat, tapi saya betul-betul menginginkan dagu berjenggotnya itu dihantam tinju Khabib.
Dan sat sit sut, pukulan berikutnya menyusul sampai wasit menghentikan laga, memeluk tubuh si Notorious dan bilang "its over." T-KO.
Pertarungan terakhir orang Irlandia ini di UFC melawan Eddi Alvarez 12 November 2016.
Baca: Alex Noerdin Launching Sumsel Command Center, Ratusan CCTV Terintegrasi Kini Sumsel Dalam Genggaman
Baca: Diminta Jadi Ketua Tim Sukses Jokowi-KH Maruf, Najwa Shihab Beri Jawaban Mengejutkan
Saat itu ia merebut sabuk di kelas Lightweight (66-70 kg). Ia harus melepas sabuknya karena terlalu lama tak bertarung.
Sibuk dengan agenda laga tambang uang melawan petinju Flyod Maywether. Alih-alih menang, di laga tinju yang menurut saya mirip joget dansa itu, Conor di TKO ronde 10.
Sementara The Eagle terus menapaki karirnya. Ia tak peduli dengan uang.
Dijadwalkan melawan juara Lightweight saat itu Tony Ferguson lalu urung dan diganti dengan Max Holloway (kesukaan saya juga), tapi kemudian urung juga.
Khabib yang sudah siap akhirnya berhadapan dengan Al Iaquinta. Ia pun juara Lightweight dengan catatan rekor 26 kali bertarung tanpa pernah kalah sekalipun (26-0).
Bukan main. Tak saya pungkiri, kejatuhcintaan saya dengan Khabib karena pesona persona pribadi.
Dia memilih peran sebagai petarung yang humble, semoga saja itu karakter aslinya. Sementara Conor memilih di sisi sebaliknya.
Conor terlalu banyak omong dan mulutnya penuh caci maki. Trash talk pra pertandingan yang keluar dari mulut Conor bukan main busuknya.
Pribadi Conor usai laga terkadang bertolak belakang. Ia suka dengan kemenangan tapi juga menerima saat kalah. Sebatas itu dulu pujian saya untuk Conor.
Conor tahu betul faktor psikologis sebelum pertandingan juga jadi penentu. Memaki-maki calon lawan, merendahkannya. Memancing reaksi lawan agar sangat marah atau menjadi takut.
Strategi itu terkadang sangat berhasil. Juara featherweight UFC satu dekade Jose Aldo salah satu korbannya. Jose yang pendiam terus menerus dimaki-maki dan direndahkan.
Emosinya terpancing, kadang-kadang pula menunjukkan raut ketakutan. Conor terus mengkapitalisasinya. Lalu tibalah saat pertandingan.
Baca: 3 Hari Tayang, The Nun Justru Dianggap Kritikus Mengecewakan Penikmat Film,Ini Penyebabnya
Baca: Mengapa Masuk SMK? Bagaimana Peluang Kerja Tamatan SMK? Ini Penjelasan Ketua Dewan Pendidikan Sumsel
Sang juara bertahan tak mau melihat mata Cornor McGregor saat wasit memberikan maklumat sebelum pertandingan. Ia terus melihat ke bawah. Conor pun tahu emosi Jose tak bagus. Jose lengah. Di detik-detik awal ronde 1 Conor meng-KOnya hanya dengan sekali pukulan. Itulah satu-satunya pukulan yang dikeluarkan Conor. Jose jatuh pingsan.
Strategi serupa, menyulut kebencian kembali dipraktikan Conor ke Khabib. Bahkan jauh sebelum Dana White, presiden UFC secara resmi mengumumkan keduanya bakal bertarung di Oktagon, 7 Oktoberr 2018.
Terlepas dari semua latar belakang yang menyulut kaos, Conor menyerang bus yang ditumpangi oleh rombongan Khabib. Melempar kaca bus dengan troli dongkrak.
Akibat insiden 3 April itu, ia didenda 50 ribu dolar, lima hari melayani masyarakat dan harus masuk kelas menagemen kemarahan.
Lalu apakah Khabib termakan hasutan? "Kirim saja lokasinya dimana (pertarungan jalanan 1 lawan 1). Aku akan datang dan bertarung dengan mu. Dimana saja," begitu kata Khabib menanggapi perangai bergaya tawuran anak SMK ala Conor. Saat itu mereka belum resmi bakal bertanding.
Sampai saat ini saya melihat Khabib belum terpancing. Khabib tetap tenang bin santai. Malah beredar kabar Conor menolak tawaran konferensi pers promosi yang menghadirkan keduanya bersama. Padahal di momen seperti inilah biasanya Conor melancarakan cacian busuknya sebagai serangan psikologis. Ia katanya mau fokus latihan.
Baca: Jadwal LRT Palembang Terbaru, Stasiun Asrama Haji Operasional, Catat Agar tak Telat
Baca: Bocah 5 Tahun di OKU Selatan Bersisik Sejak Lahir, Tiap 3 Bulan Sisik Itu Berganti
Ini membuat saya teringat pada pertandingan McGregor vs Diaz I. Saat itu Conor terlalu banyak memaki Nate Diaz. Meremehkannya karena datang sebagai petarung pengganti Dos Anjos. Nate Diaz saat itu berada pada ranking 10.
Nate tak termakan makian Conor. Nate dikenal bergaya gengster santai. Jika ia diejek ia balas mengejek lebih bagus. Tak seperti Aldo yang banyak diam, Nate jago bicara dan tampak lebih mahir.
Alhasil Conor lebih banyak menghabiskan waktu memikirkan ejekan apa yang bisa menjatuhkan Nate dan ia pun lupa melatih diri.
Saat bertanding juga sama. Ejekan Conor dibalas oleh Nate. Hasilnya Conor pun menyerah setelah lehernya dicekik. Ia menepak tiga kali tanda menyerah. Padahal saat itu pelipis Nate sudah mengucurkan banyak darah.
Gaya Nate dan Khabib sama. Dan Conor tahu betul hal itu. Khabib tak akan bisa ditaklukan dengan ejekan. Ia terlalu tenang dan berkharisma. Psywar tak akan berhasil. Karena itu ia mau fokus berlaltih saja. Sesekali saja, saat diwawancarai wartawan ia mengejek Khabib. Tapi tak langsung.
Melatih diri tanpa banyak omong memang satu-satunya pilihan bagi Conor McGregor sekarang. Jangan sampai terlalu banyak diawal tapi melempem saat bertarung.
Apalagi Khabib jago bergulat dan tahan dengan pertarungan panjang. Tiga kali rekor kekalahan Conor di MMA semua karena di-submission, dan Khabib jago betul dalam hal itu. Tapi khusus kali ini, saya tak menginginkan The Notorious kalah dengan submission. Seperti di awal tadi, indah betul membayangkan mulutnya dihantam tinju, berjalan oleng layaknya ayam mabuk lalu dipukul bertubi-tubi. No rematch. Itu saja.