Ustaz Abdul Somad Tersenyum Saat Ditanya Cawapres di Tabligh Akbar BKB Palembang
Ustad H Abdul Somad enggan menanggapi kabar dirinya akan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 mendatang.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ustad H Abdul Somad enggan menanggapi kabar dirinya akan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 mendatang.
Wartawan sudah mencoba menanyakan kepada UAS, tetapi tidak mendapatkan jawaban.
UAS hadi di Palembang menyampaikan tausiah memperingati HUT RI ke 73 dan Milad FPI ke-20 di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Rabu (1/8) malam.
Sekira 40 ribu jemaah memadati kawasan wisata di tepi Sungai Musi itu.
Ustadz kondang tersebut tidak satu kali pun soal Pilpres dalam tausiahnya.
Dia menyampaikan arti perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan yang dilakukan ulama dan pejuang dahulu.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai, hanya ada dua nama yang kemungkinan akan dipilih oleh Prabowo Subianto sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada pilpres mendatang.
Menurutnya, Prabowo sulit untuk bisa merayu ustaz Abdul Somad mau menjadi cawapres.
Sementara KH Arifin Ilham dan ustad lainnya tetap mendorong UAS untuk maju jadi cawapres.
"Ini bukan soal siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang bersedia. Saat ini yang sudah menyatakan siap jadi cawapres Prabowo itu Salim Segaf," ujarnya Rabu (1/8).
"(Ustaz) Abdul Somad kan nggak mau. Sulit untuk memaksanya, sudah menyatakan seumur hidup tetap jadi ulama. Jadi, saya kira hampir nggak mungkin. Pilihannya menurut saya adalah Salim Segaf atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)," Qodari memastikan.
Ia menilai, nama AHY muncul sebagai calon pendamping Prabowo pada pilpres nanti lantaran ada pembicaraan sebelumnya antaran SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD) dengan Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum DPP Partai Gerindra.
Meski, lanjutnya SBY tak menuntut kursi untuk posisi cawapres.
"Ada pembicaraan-pembicaraan yang tidak diungkap," ia meyakinkan. "Pak SBY kepada kepada Pak Jokowi juga menyampaikan hal demikian. Ada yang disebutkan ada yang tidak. Yang dimau dan yang dikatakan, bisa berbeda, " lanjutnya.
Qodari kemudian menjelaskan plus minus jika Prabowo kemudian memilih Salim Segaf. Mesin politik PKS yang kuat, ditambah dukunfan dari GNPF.
"PKS juga dapat dukungan dari GNPF yang ini juga Prabowo, memperhatikan orientasi dari ulama. Karena itu senjata kekuatan dia. Sementara AHY, karena muda. Namun menurut saya, orang muda arahnya (dukungan) ke Jokowi. Lihat saja kemarin. Bertemu Sekjen (parpol pendukung) santai dengan sneakernya," papar Qodari.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Syarief Hasan kemarin mengungkapkan, belum ada kemajuan berarti dalam koalisi bersama Gerindra, PAN, dan PKS untuk Pilpres 2019.
Syarief menyatakan, belum ada sikap legawa dari PAN dan PKS soal cawapres pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
"Pokoknya saya pikir belum banyak kemajuan. Yang dikatakan kemajuan itu kalau semuanya sepakat menyerahkan kepada Prabowo cawapresnya, tanpa tekanan. Semua serahkan kepada Prabowo siapa yang mau dipilih. Itu baru ada kemajuan," kata Syarief saat dihubungi kompas.com.
Namun, ia optimistis koalisi dengan Gerindra, PAN, dan PKS bisa terbangun ke depannya.
Syaratnya, kata Syarief, semua partai harus menyerahkan penentuan cawapres kepada Prabowo.
Syarief menambahkan, sejak awal Demokrat juga telah menyerahkan penentuan cawapres kepada Prabowo agar koalisi bisa segera terbentuk. "Ya masih ada sedikit (hambatan), tapi ada kemajuanlah," lanjut Syarief.
Sementara PKS melontarkan wacana abstain manakala sembilan kadernya tidak ada yang dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
"Bukan mentok (buntu) sih tapi belum ada kesamaan sikap dan pandangan, belum ada kesepahaman. Itu kan perlu waktu untuk bisa menentukan," ujar Direktur Pencapresan PKS, Suhud Alynudin, di Jakarta, Rabu (1/8).
Ia mengatakan PKS masih terus mengusahakan agar sembilan kadernya dan rekomendasi ijtima ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama ( GNPF-Ulama) diterima oleh partai koalisi.
Ijtima ulama merekomendasikan dua opsi capres-cawapres yakni pasangan Prabowo-Salim Segaf Al Jufri atau Prabowo-Ustaz Abdul Somad.
Menurutnya kepastian arah politik PKS di Pilpres bergantung pada siapa cawapres yang dipilih Prabowo.
"Iya jadi posisi kami menunggu apa keputusan Pak Prabowo. Mungkin koalisi bisa tetap berjalan. Jika tidak ya mungkin ada pembicaraan," katanya. Oleh karena itu, menurut Suhud, PKS masih membuka opsi untuk abstain pada Pemilihan Presiden (Pikpres) 2019.
Sama seperti Partai Demokrat 2014 lalu, ada kemungkinan PKS tidak mendukung poros Jokowi dan poros Prabowo.
"Itu (abstain) satu di antara opsi yang mungkin diambil kalau memang situasinya tidak memungkinan. Tapi itu tergantung pembahasan pimpinan DPP dan Majelis Syuro. Kira-kira sikap resmi PKS itu seperti apa ketika ada nama lain yang diusulkan," katanya. (arf/tribun network/yat/fik/kompas.com)