Berita Selebriti
Hari Mukti Larang Kuburnya Ditaburi Bunga, Dipasangi Batu Nisan, Dibalut Batik, Ternyat di Baliknya
Selain itu alm Harry Moekti tak ingin jenazahnya dibalut dengan kain batik, serta tidak ingin ada bendera kuning.
TRIBUNSUMSEL.COM- Almarhum Harry Moekti atau Hari Mukti sempat berpesan kepada sang adik Pupung Apun untuk tidak menaburkan bunga kemakamnya.
Selain itu alm Harry Moekti tak ingin jenazahnya dibalut dengan kain batik, serta tidak ingin ada bendera kuning.
Dirinya ingin ada bendera Al Liwa - Ar Rayah atau bendera hitam putih berlafazkan "Laillahaillallah".
"Beliau pesan, (kalau meninggal) jangan ditutupi dengan batik dan jangan ada bendera kuning. Tutupi dengan Al Liwa-Ar Rayah," kata sang adik Pupung Apun saat ditemui di Kampung Pasir Kuda, Cikretek, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/6/2018).
"Dan tidak mau pakai bunga, karena menurutnya bunga lambang kebahagiaan. Batu nisan juga nggak mau, sudah lama pesannya," katanya.

Mantan rocker pada tahun 1980-an yang hijrah menjadi seorang dai itu menghembuskan nafas terakhirnya, Ahad (24/6/2018), karena serangan jantung.
Jenazah dikemudian dibawa ke Kampung Pasir Kuda Cikretek untuk dikuburkan di pemakaman keluarga.
Tulisan Ustadz Felix Siauw Ramai Komentar
Salah satu yang sangat kehilangan almarhum adalah sahabatnya yang juga dai, Ustadz Felix Siauw.
Felix menulis tulisan yang menuai respon banyak pengguna Facebook.
Berikut tulisan lengkapnya:
Ingatanku Tentang Hari Moekti
Sekitar 2002, di Masjid Al-Hurriyyah IPB, dai itu melemparkan mic ke atas udara. Lalu menangkapnya. Memesona semua, lalu berteriak, "Aku mantan setan!". MasyaAllah
Di tempat itu pertama kali saya mengenal dakwah Ustadz Hari Moekti. Dengan bersemangat beliau bercerita tentang hijrahnya dan berapi-api menjelaskan tentang syariah Islam
Mantan artis, dengan penghasilan puluhan juta sekali pentas, meninggalkan semua hanya karena Allah. Ada yang lebih keren dari itu? Pengajak maksiat jadi penyeru taat
Berikutnya wajah beliau menghiasi materi-materi dakwah yang saya buat. Syahadat Sempurna, itu judul materi saya yang mewakilkan beliau, hijrah yang tak tanggung