Kisah Adik Pramoedya Ananta Toer, Doktor yang Kuasai 4 Bahasa Asing, Kini Pemulung
Tak banyak yang tahu bahwa pria kelahiran 17 Februari 1937 itu adalah adik kandung almarhum Pramoedya Ananta Toer,
Karier suksesnya selama lebih dari setahun itu perlahan berubah karena situasi negara waktu itu.
Sus mengikuti pelatihan wajib militer yang menguras fisik saat itu.
"Aku tak tahu apa penyebabnya. Pemerintah bertekad membebaskan Irian Barat. Saat itu militer memegang kuasa termasuk di kantorku, hingga akhirnya aku ikut latihan menjadi sukarelawan ke Irian Barat. Jabatanku Kabag Distribusi dan pangkatku Letnan waktu itu, tapi kenyataannya aku jenderal bintang tujuh alias pusing dengan nasib ke depannya," tutur Sus terkekeh.
Setelah Perundingan Den Haag, Irian Barat masuk ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi.
Indonesia berhasil membebaskan Irian Barat.
Sus lalu mendulang kesempatan terbang ke luar negeri setelah lolos penjaringan beasiswa otoritas Rusia.
Dari sekitar 9.000 pendaftar, hanya 30 orang yang lolos, termasuk Sus.
Sus melanjutkan pendidikannya di Fakultas Politik dan Ekonomi University Patrice Lulumba.
"Aku tidak jadi berangkat Irian Barat, namun aku bebas dari pakaian hijau yang enam bulan membungkusku. Aku berangkat ke Rusia sekitar tahun 1962. Di situlah kisah hidup baruku dimulai," tutur Sus.
Singkat cerita, menempuh pendidikan di sana tidaklah mudah.
Sus diharuskan mengabdi selama dua tahun di Rusia karena tidak lulus dengan predikat cumlaude.
Sus kemudian melanjutkan program pascasarjana di Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov.
Gelar PhD yang lazimnya ditempuh 2 tahun disabetnya hanya dalam tempo 1,5 tahun.
Selama 11 tahun di Rusia, Sus bekerja apa saja, mulai dari penulis, penerjemah, peneliti dan pekerja kasar.
Karena kendali pendidikannya, Sus berpendapatan tinggi.
Sus bergelimang harta di Rusia.
Sepekan sekali, dia bersantap di restoran berkelas di Rusia.
Berpindah-pindah lokasi tergantung selera Sus.
Sus mengaku sering mentraktir teman-temannya dan menggelar pesta kecil-kecilan.
"Saya penggila buku-buku sastra Rusia. Bahkan suatu ketika dosen belum pernah baca, saya sudah khatam. Selama saya bekerja di Rusia, duit saya banyak. Seminggu sekali makan di restoran berkelas. Saat itu, biaya hidup 1 rubel sehari di Rusia. Padahal sebulan saya kantongi 400 rubel," kenangnya sambil tersenyum. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Sepenggal Kisah Adik Pramoedya Ananta Toer, Doktor yang Kuasai 4 Bahasa Asing, Kini Pemulung, http://medan.tribunnews.com/2018/06/04/sepenggal-kisah-adik-pramoedya-ananta-toer-doktor-yang-kuasai-4-bahasa-asing-kini-pemulung?page=all.
Editor: Randy P.F Hutagaol